Topcareer.id – Mulai dari arsip mengarsip, komunikasi hingga etika bertelepon. Itu semua akan dipelajari jika ingin menjadi sekretaris profesional lewat jalur sekolah. Tapi, lagi-lagi bukan hanya kemahiran dalam hard skill saja, tapi pengembangan karakter diri jadi penting untuk menjadi sekretaris.
Maria Lies Ambarwati, Kepala Lembaga Penjamin Mutu Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretari (STIKS) Tarakanita menyampaikan keterampilan yang ditekankan dalam belajar menjadi sekretari, yakni kesekretarisan tentu yang utama, didukung dengan teknologi agar tidak gaptek (gagap teknologi).
“Yang pertama pasti keterampilan kesekretarisan, bahasa atau language skill, lalu teknologi tadi. Sama yang penting di zaman sekarang itu sikap. Banyak orang yang pandai, tapi kalau sikapnya kurang itu perusahaan juga milih-milih,” kata Maria kepada Topcareer.id, Kamis (12/3/2020).
Baca juga: 6 Ciri yang Dimiliki Sekretaris Hebat
“Kurang sopan, kemudian tidak tahu bagaimana menghadapi orang emosi, tidak tahu bagaimana menempatkan diri. Sekretaris itu sekarang bukan tukang ketik, bukan lagi hanya duduk manis terima tamu, terima telepon, tapi sekretaris itu sekarang menjadi mitra dari pimpinan.”
Belajar apa saja untuk jadi sekretaris?
Bagaimanapun juga, sekretaris adalah asisten pimpinan dalam hal administrasi, jadi sebelum menjadi sekretaris professional, bahan satu ini merupakan bahan utama yang harus dipelajari, yaitu administrasi. Di STIKS Tarakanita, peserta didik akan lebih banyak mendapat materi praktik agar siap pakai ketika lulus.
“Dipelajarinya keterampilan yang siap pakai, harus siap membuat surat, filing, dia harus tahu. Kalau mengetik mereka benar-benar mengetik di mesin tiknya, di elektronik, tapi nggak langsung komputer. Kenapa? Itu untuk mengenal tutsnya dalam mengetik 10 jari,” jelas Maria.
Kepala Program Studi D3 Sekretaris STIKS Tarakanita, Bertha Reni Pudji Mawarti menambahkan bidang kesekretarisan ini juga ada kuliah lab-nya untuk mempraktikkan bagaimana etika menerima telepon, menerima klien. Dan itu semua disesuaikan dengan zaman yang serba digital.
“Ada teleconference, karena sekarang ini lebih ke digital, digital filing juga, semua beralih ke tekologi. Kita belajar 5 semester, lalu semester 6 full untuk praktik di kantor, praktik kerja industri,” ucap Bertha saat ditemui di STIKS Tarakanita, Jakarta.
Baca juga: Sekretaris Zaman Sekarang Tak Melulu Soal Administrasi
Maria melanjutkan, selain keterampilan kesekretarisan, kemampuan menguasai bahasa asing juga menjadi andalan bagi seorang sekretaris professional. Apalagi melihat perkembangan zaman yang serba global, di mana klien bukan hanya dari lokal saja, tapi juga luar negeri.
Minimal, kata dia, Bahasa Inggris itu bisa dikuasai baik pasif maupun aktif. Ada juga pengembangan penguasaan bahasa asing lain yang tersedia, seperti Mandarin dan bahasa Jepang.
“Anak-anak kami banyak (kerja) di (perusahaan) multinasional. Di sini mahasiswi kami memiliki kekhasan, yakni kemampuan bahasa asing,” ucap Maria.
Hal lainnya yang ditekankan, kata Maria, adalah pengembangan karakter agar bisa menjadi sekretaris yang professional. Hal itu pun didukung oleh mata kuliah terkait, seperti pengembangan kepribadian, etika profesi yang dipelajari secara berkesinambungan.
“Di sini (STIKS Tarakanita) kami memperhatikan untuk sikap mereka. Sikap mereka tidak hanya di mata kuliah itu tadi, tapi di mata kuliah lain dimunculkan Cc5, compassion; celebration, competence, conviction, creativity, dan community.”
Selama belajar menjadi sekretaris lewat jalur skolah di STIKS Tarakanita, peserta didik juga dilatih dalam disiplin berpakaian seperti diwajibkan memakai rok juga menggunakan heels (3-5 centimeter). *
Editor: Ade Irwansyah