TopCareerID

Cara Mengendalikan Amarah ketika Berpuasa

Ilustrasi. (dok. Getty Images)

Topcareer.id – Pasti banyak yang tahu puasa tidak hanya menahan makan dan minum sejak subuh hingga Maghrib saja. Tapi puasa juga mengharuskan kita membiasakan diri untuk menahan segala hawa nafsu, termasuk nafsu amarah.

Agama Islam mengajarkan, percuma saja puasa jika hanya mendapatkan rasa lapar dan haus.

Bagi kamu yang tinggal di rumah saja gara-gara pandemi Covid-19 seperti saat ini pasti tidak gampang menahan amarah setiap hari. Buat orngtua yang punya anak kecil, di rumah kamu harus berhadapan dengan anak yang rewel minta ini-itu. Belum lagi rumah yang selalu berantakan.

Tambahan pula beban pekerjaan yang tak bisa diabaikan saat kerja dari rumah atau work from home (WFH). Bisa-bisa emosi kamu terpancing, tak bisa menahan amarah.

Baca juga: Tips Donor Darah saat Berpuasa

Efeknya merusak tubuh
Sebelum tahu bagaimana mengatasinya, ada baiknya mengetahui bahwa kemarahan -dari yang ringan hingga berat-meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Bahkan efek marah ini kadang-kadang merusak. Orang yang terbiasa berkeringat seringkali menderita masalah fisik seperti infeksi perut dan serangan jantung.

Sebuah studi yang dilakukan John Hopkins University terhadap lebih dari 1000 dokter melaporkan, dokter muda yang cepat memberikan reaksi terhadap stres dengan kemarahan nyatanya punya risiko 5 kali lebih besar terkena serangan jantung daripada koleganya yang lebih kalem walaupun tidak ada sejarah medis dari keluarga mereka yang menderita sakit jantung.

Kemarahan memang bisa merusak tubuh. Lalu bagaimana mengatasinya? Mengingat sikap dan tindakan agresi (termasuk marah) sebenarnya reaksi alami terhadap ancaman, harus diingat, marah boleh-boleh saja asal sesuai porsi. Kemarahan berlebihan bisa berbahaya. Menemukan respon yang pas itulah yang penting. Mana yang lebih sehat, mengekspresikan atau menahan kemarahan?

Cari tahu lebih banyak di halaman berikutnya>>

Arahkan ke perilaku konstruktif
Sebagian orang memilih untuk memfokuskan diri pada hal-hal positif daripada memikirkan hal-hal yang memicu amarah. Tujuannya, mengarahkan kembali emosi kamu ke arah perilaku yang lebih konstruktif. Meski membantu, tetapi pendekatan ini masih mengandung bahaya. Pengarahan kembali bisa menjadi salah satu bentuk penahanan diri.

Jika kemarahan kamu tetap menjadi satu kekuatan tersembunyi, masih ada kemungkinan munculnya konsekuensi yang lebih serius seperti depresi. Terlebih kemarahan yang ditahan bisa mengarah pada perbuatan pasif agresif -misalnya keinginan untuk menyingkirkan orang lain secara tidak langsung.

Kalau kamu tergolong orang semacam itu, mengekspresikan kemarahan tampaknya menjadi langkah paling tepat. Kunci keberhasilan mengekspresikan emosi terletak pada sikap asertif. Menjelaskan kebutuhan apa yang harus kamu penuhi tanpa menyakiti orang lain menjadi cara sehat untuk mengatasi kemarahan.

Baca juga: Tips Puasa bagi Gangguan Jantung Seperti yang Diidap Didi Kempot

Beberapa strategi mengendalikan kemarahan
Ada sejumlah cara untuk menjaga kemarahan tetap terkendali. Mengarahkan emosikamu ke arah yang positif dan konstruktif bisa dipelajari. Ini strateginya:

Relaksasi bisa membantu meringankan emosi. Cobalah metode berikut:

Komunikasi yang lebih baik:
Jika suatu waktu kamu berada dalam diskusi yang sengit, tenangkan diri dan pikirkan apa yang akan kamu ucapkan nantinya. Bisa membantu kalau kamu berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan orang lain.

Mendengarkan dengan seksama membantu kamu saat akan memberikan respon yang tepat. Jika melakukannya, bukan tidak mungkin kamu menemukan solusi dari permasalahan yang tengah dibahas.

Humor:
Memberikan pancingan berupa humor kadangkala meredakan emosi yang sudah mulai mendidih. Kalau ada seseorang yang terasa mengganggu kamu, bayangkan saja ia tidak pakai baju! Humor seringkali mengurangi ketegangan yang sudah menyebar di ruangan yang penuh konfrontasi.

Rehat sejenak:
Punya jadwal waktu sendirian bukan saja berharga tapi juga penting. Sedikit saja waktu untuk merenung atau memikirkan kembali bisa membantu kamu mendapatkan perspektif baru. Aktivitas fisik seperti jalan-jalan, menuliskan pemikiran, ngobrol dengan teman atau mendengarkan musik, toh tidak akan mengurangi waktu kamu melakukan aktivitas lainnya.

Jadi patut diingat, menghadapi kemarahan bisa jadi dianggap rumit bagi sebagian orang. Tetapi kini kamu sudah tahu bagaimana caranya mengendalikan diri ‘kan? * Diolah dari berbagai sumber

Exit mobile version