TopCareerID

Wawancara Eksklusif – Direktur Akpelni Capt Fajar : Peluang Kerja Pelaut Masih Besar

Topcareer.id – Indonesia sebagai negara maritim tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah pelaut terbesar di dunia. Jumlah ini bukan berarti menutup peluang kerja bagi para lulusan sekolah pelayaran untuk memperoleh pekerjaan.

“Selama lautan belum kering, masih terbentang luas lapangan pekerjaan bagi kami (pelaut).”ujar Direktur Politeknik Bumi Akpelni, Capt. Cahya Fajar Budi Hartanto, M.Mar., M.Si .

Menurut Capt Fajar minat anak bangsa untuk bekerja di bidang kelautan dan pelayaran saat ini juga masih cukup besar, didukung dengan banyaknya sekolah khusus pelayaran di Indonesia sehingga mampu memenuhi kebutuhan pendidikan lanjutan bagi para siswa yang ingin berkarier di laut.

Baca Juga: 5 Karier Menarik Di Industri Perkapalan

Topcareer.id mendapat kesempatan untuk mewawancarai Direktur Politeknik Bumi Akpelni, Capt. Cahya Fajar Budi Hartanto, M.Mar., M.Si beberapa waktu lalu. Berikut kutipan wawancara kami.

Jumlah sekolah/tempat pendidikan maritim di seluruh Indonesia ada berapa? Apakah jumlah tersebut sudah memadai?

Secara pasti angka statistik, jujur saya tidak hafal, karena memang cukup banyak dan statusnya beragam, yang negeri dan swasta, yang sudah Approved by Dirjen Perhubungan Laut dan belum. Yang hanya kursus dan ada jenjang akademiknya, yang akademikpun ada level SMK/Class-IV dan level Perguruan Tinggi/Class-III. Mungkin lebih tepat jika datanya langsung dari Perhubungan. Yang jelas kalau bicara jumlah, saya bisa katakan ini lebih dari cukup, demikian juga sebarannya sudah merata karena pemerintah membangun terus bahkan hingga di ujung-ujung terluar seperti Aceh, Padang, Minahasa Selatan, Sorong. Tapi pertanyaan besarnya adalah bagaimana kualitas pendidikan maritim tersebut jika dibandingkan dengan standar mutu yang diharapkan? Banyak saja tentu tidak cukup jika tidak diiringi kualitas yang sesuai standar.

Bagaimana peluang lapangan kerja pelaut saat ini?

Pepatah kami ‘selama lautan belum kering, masih terbentang luas lapangan pekerjaan bagi kami.’ Begini Mbak, lulusan pendidikan tinggi kepelautan tidak hanya punya ijazah Akademik (D3/D4) tetapi juga punya Certificate of Competence yg diakui secara internasional. Kalau yang lulusan Akpelni CoC-nya Deck Officer Class-III (Ahli Nautika Tingkat-III) dan Engineer Officer Class-III (Ahli Teknika Tingkat-III). Dengan sertifikat tersebut, lulusan bisa bekerja di perusahaan asing.

Baca Juga: Masalah Di Tengah Laut: Awak Kapal Bekerja Melebihi Masa Kontrak

Jenjang karier pelaut seperti apa Capt?

Kalau Akpelni itu ada yang kariernya di laut ada yang di darat. Yang di laut ada dua, Nautika dan Teknika. Yang Nautika nantinya akan menjadi officer (Mualim). Sementara itu jenjang karier akan naik seiring dengan masa berlayar. Ya kalau di penerbangan atau pilot disebutnya jam terbang. Lalu karier paling atas disebut Master/Captain/Nakhoda. Sedangkan mereka yang jadi Teknika, mereka lulus jadi Engineer (masinis) dan berkarier terus sampai menjadi Chief Engineer/Kepala Kamar Mesin.

Selama ini lulusan Politeknik Bumi Akpelni lebih banyak terserap ke mana, perusahaan asing atau perusahaan nasional?

Sementara memang masih lebih banyak di perusahaan nasional. Tapi meskipun di perusahaan nasional rata-rata sudah join dengan perusahaan asing. Atau minimal di jajaran internal manajemen ada orang asingnya. Selain itu ada banyak perusahaan yang sudah MoU dengan kampus, salah satu yang paling banyak menerima kami adalah PT. Gurita Lintas Samudra karena ownernya alumni Akpelni juga.

Dibandingkan dengan luas lautan Indonesia dimana 2/3-nya adalah laut. Apakah jumlah pelaut dari semua tingkat levelnya di Indonesia saat ini sudah memadai?

Jika berbicara soal jumlah pelaut di Indonesia pada level ABK non-Perwira sebetulnya saat ini sudah cukup. Hal itu karena pemerintah mempunyai program Diklat Pemberdayaan Masyarakat yang membekali masyarakat dengan sertifikasi dasar secara gratis. Tetapi pada level Perwira (Deck Officer dan Engineer), masih belum sebanding terutama setelah dibukanya jalur-jalur pelayaran baru pada program Tol Laut. Karena sertifikasi kita Internasional, maka perwira kita lebih suka mengisi lowongan di luar negeri yang memang sangat banyak membutuhkan sebagai imbas dari enggannya anak muda Eropa, Jepang, dan sebagainya itu untuk bekerja di laut. Belum lagi jika dilihat dari segi penghasilan.

Baca Juga: Persiapan Fisik Dan Mental Jika Ingin Kerja Di Kapal Laut

Apakah pengetahuan dasar para pelaut (khususnya pelayaran rakyat /kapal penyebrangan) sudah memadai?

Pengetahuan dasar para pelaut sebetulnya sudah mencukupi, hanya yang masih kurang adalah pengawasan yang continue untuk memastikan bahwa kepatuhan pada regulasi menjadi kesadaran diri dan bukan lagi paksaan. Khususnya pelayaran rakyat/perahu kecil penyeberangan, kita tidak bisa menyalahkan mereka saja karena pada kenyataannya keberadaan mereka dibutuhkan oleh masyarakat sehingga seringkali bagaimanapun kondisinya ya mereka jalan saja dengan mengabaikan faktor keselamatan. Tugas siapa? Tentu ini tugas seluruh pihak terkait. Pengusaha kapal bertugas untuk menyediakan alat-alat keselamatan yang layak, lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta bertugas terus menyampaikan dari segi ilmu pengetahuan melalui program pengabdian kepada masyarakat,sementara pemerintah bertugas memastikan regulasinya ada dan dijalankan dengan segala konsekuensinya serta menyediakan sarana bantu navigasi pelayaran.

Lalu langkah apa yang semestinya dilakukan agar operator sadar betul akan keselamatan pelayaran?

Langkah yang semestinya dilakukan agar operator sadar betul akan keselamatan pelayaran bisa dilakukan dengan beberapa cara :
Pertama,tegakkan konsep reward and punishment tanpa pandang bulu. Acara seperti penghargaan bagi perusahaan pelayaran yang berhasil menerapkan zero accident misalnya itu perlu digalakkan. Sebaliknya, hukuman bagi pelanggar aturan juga harus ditegakkan dengan keras. Kedua, tidak boleh berhenti adanya proses penyadaran melalui pendidikan, penyuluhan, FGD, studi kasus, dan sebagainya yang melibatkan seluruh pihak terkait di sektor kemaritiman. Contohnya, KNKT bisa secara transparan mengungkap setiap kejadian insiden di dunia pelayaran sehingga menjadi pembelajaran bagi semua pihak terkait.

Apa pesan Capt Fajar untuk para generasi muda dan pelaut Indonesia?

Sejarah Indonesia mencatat bahwa kejayaan kita adalah di laut. Tetapi kejayaan itu terlalu lama tidak kita jaga dengan baik sehingga menjadi incaran pihak-pihak yang hanya ingin mengambil keuntungan pribadi. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita sebagai generasi penerus bangsa untuk mengabdikan diri pada dunia maritim, baik di sektor sumber daya hayati kelautan dan perikanan, sektor logistik, pelabuhan, dan transportasi/pelayaran niaga, maupun sektor pertahanan dan keamanan. Demikian juga ketika berbicara pelayaran Internasional, sumber daya pelaut kita masih sangat dibutuhkan kiprahnya. Tentu kita tidak ingin Indonesia hanya mengirim tenaga kerja yang berkarya di sektor umum tetapi juga tenaga kerja yang profesional, terlatih dan terdidik, seperti halnya para perwira pelayaran niaga. Ingat pesan Pak Presiden Joko Widodo, sudah terlalu lama kita memunggungi lautan, ini saatnya kita menghadapkan wajah kita ke laut karena di sanalah terbentang luas masa depan Indonesia.”**

Exit mobile version