TopCareerID

Ada Sugesti Negatif yang Sebabkan Orang Enggan Meminta Bantuan

Ilustrasi. (dok. Halunen Law)

Topcareer.id – Orang terkadang takut meminta bantuan dari rekan kerja dan orang asing. Mereka khawatir terlihat buruk, ditolak, atau takut dianggap memaksakan orang lain berbuat sesuatu padanya.

Situasi di tengah pandemi seperti sekarang, banyak dari rasa takut ini menjadi besar. Kenyataannya banyak orang membutuhkan fleksibilitas dan dukungan yang belum pernah ada sebelumnya. Meskipun dorongan hati saat ini mungkin untuk menahan diri untuk tidak meminta atau menerima bantuan kecuali jika benar-benar diperlukan.

Berpikir dengan cara ini dapat menciptakan norma-norma di mana orang-orang jadi enggan meminta pertolongan bahkan di masa sulit seperti ini. Berikut ini beberapa mitos yang kemungkinan akan meningkat sebagai akibat dari krisis yang sedang berlangsung.

Baca juga: Cabin Fever, Gejala dan Cara Mengatasinya

Mitos 1: Meminta bantuan membuat kamu terlihat buruk
Kita sering khawatir bahwa meminta bantuan di tempat kerja adalah pertanda ketidakmampuan atau kelemahan. Plus, dalam krisis mungkin merasa lebih aman untuk tetap menundukkan kepala dan tidak membuat gelombang.

Namun, penelitian menemukan kekhawatiran seperti itu sebagian besar tidak berdasar. Dalam satu penelitian, meminta bantuan dengan tugas sederhana tidak berdampak negatif pada kompetensi yang dirasakan. Meminta bantuan dengan tugas yang sulit sebenarnya menghasilkan kompetensi yang lebih tinggi.

Jadi, mitos yang meminta bantuan membuatmu terlihat buruk, dalam beberapa kasus justru bisa melukiskan dirimu sebaliknya dengan cara yang lebih positif.

Meskipun benar bahwa mencari bantuan dapat mengekspos kerentanan dan keterbatasan kita, orang-orang cenderung menilai kita secara negatif karena mengungkapkan ketidaksempurnaan kita daripada yang kita pikirkan.

Baca lebih jauh di halaman berikutnya>>

Mitos 2: Jika meminta bantuan, akan ditolak
Alasan lain kita mungkin enggan untuk meminta bantuan adalah mendengar kata “tidak”. Kekhawatiran ini semakin bertambah ditengah krisis saat ini, karena kita berasumsi orang-orang sudah kerepotan dengan masalah mereka sendiri.

Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang acap kali di luar dugaan yag menunjukkan bukan hanya kesediaan untuk membantu tapi juga berupaya sungguh-sungguh dalam memberikan bantuan tersebut.

Mitos 3: Sekalipun seseorang setuju membantu, tapi tak ikhlas
Ketika berpikir untuk meminta bantuan seseorang, pikiran cenderung berfokus pada apa yang akan dibebankan kepada mereka, seperti ketidaknyamanan dan tampak seperti pemaksaan. Pada saat yang sama, banyak orang cenderung mengabaikan manfaat untuk membantu seorang kolega.

Hal ini menyebabkan banyak orang yang membutuhkan bantuan jadi enggan untuk memintanya. Padahal penelitian menemukan bahwa sebenarnya perasaan baik selalu datang akibat dari membantu seseorang. Ini berarti membantu orang lain memiliki efek yang mengangkat suasana hati.

Baca juga: Perusahaan Didorong Sediakan Tempat Tinggal Layak Bagi Pekerja

Penelitian menemukan manfaat emosional dari membantu bahkan lebih besar ketika mereka membina hubungan sosial. Memiliki kesempatan untuk membantu individu tertentu kadang-kadang bisa lebih bermanfaat secara emosional daripada menyumbang untuk amal karena melibatkan hubungan pribadi.

Di masa krisis seperti sekarang ini seharusnya menjadi momen untuk merasa lebih nyaman dalam meminta dan menerima bantuan. Ada banyak bukti bahwa orang lain cenderung lebih mungkin ingin membantu dan menikmati dalam melakukannya. *

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version