Topcareer.id – Jaringan bioskop terbesar di Amerika Serikat, AMC, memperingatkan bahwa mungkin industri bisoskop tidak selamat dari pandemi virus corona yang telah memaksa bioskop-bioskop di sana dan di seluruh dunia tutup sejak beberapa bulan.
Ini adalah tanda bahaya terbaru untuk bisnis bioskop di mana pun yang terkena tekanan akibat pandemi. Banyak tantangan yang ditimbulkan, sejak ditutup pada bulan Maret lalu hingga Juni, bioskop sangat banyak kehilangan uang.
Hollywood pun menghentikan produksi film, yang kemungkinan akan menunda banyak film untuk diputar begitu bioskop dibuka kembali dan dapat membatasi keinginan konsumen untuk menghabiskan uang di bioskop.
Baca juga: Kenapa Proses Pembuatan Film Selalu Terdapat Layar Berwarna Hijau
Pandemi juga telah mendorong perusahaan hiburan untuk merilis beberapa film langsung ke konsumen melalui layanan streaming, dan ini meningkatkan kekhawatiran bahwa lebih banyak orang akan mengabaikan bioskop di masa depan. Dan ketika bioskop dibuka kembali, tidak jelas berapa banyak pelanggan yang ingin berada di ruang tertutup yang padat selama berjam-jam.
AMC menganggap keterlambatan rilis film perlu menjadi perhatian. AMC juga mencatat bahwa orang mungkin takut pergi ke bioskop, tetapi tetap berharap protokol jaga jarak bersifat sementara dan berharap bahwa orang masih tetap ingin menonton film di bioskop.
Cinemark, rantai bisnis bioskop besar lain di sana yang memiliki landasan keuangan yang lebih kuat, masih akan lebih sanggup bertahan sepanjang tahun, bahkan jika bioskop tetap ditutup. CEO Cinemark, Mark Zoradi mengatakan dia memprediksi industri bioskop belum akan kembali normal hingga 2022.
Cinemark juga mengatakan pihaknya mengambil banyak langkah untuk menggoda para penonton film saat bioskop dibuka kembali, seperti mengadakan diskon dan protokol pembersihan yang kuat untuk tiap-tiap teater.
Baca juga: Kemnaker Luncurkan 14 Standar Kompetensi Kerja Bidang Perfilman
Perusahaan bioskop di Amerika juga mengatakan mereka akan tetap berada dalam kegelapan jika pemerintah daerah hanya mengizinkan menjual setengah dari kursinya untuk membuat pelanggan jadi duduk terpisah.
Pihak bioskop juga khawatir bahwa studio film dapat mendorong lebih banyak film langsung ke layanan streaming yang mereka miliki. Sejak pandemi memaksa bioskop tutup, perusahaan hiburan telah menunda sebagian besar film untuk tayang di bioskop. Tetapi NBCUniversal dari Comcast merilis film Trolls World Tour pada video on demand bulan April lalu.
Hal ini memicu tanggapan marah dari industri teater, dan Disney pun juga lebih memilih untuk merilis Artemis Fowl ke layanan streaming milik sendiri, Disney Plus, pada bulan Juni lalu daripada di bioskop.
“Tidak dapat disangkal bahwa keterlambatan produksi, protokol jarak sosial, dan perasaan hati-hati oleh pelanggan film akan menimbulkan tantangan dan akan menjadi maraton, bukan sprint untuk industri teater,” kata analis media Comscore, Paul Dergarabedian. *
Editor: Ade Irwansyah