Topcareer.id – Kleon Papadimitriou seorang mahasiswa asal Yunani berusia 20 tahun ini terjebak di Skotlandia, tempat ia bersekolah, tanpa ada jalan untuk kembali ke rumahnya di Athena, Yunani, sementara penerbangan ditutup karena pandemi COVID-19.
Jadi dia memutuskan untuk bersepeda dengan rute sekitar 3.480 Kilometer.
“Baru sekarang saya sadar betapa besar pencapaian ini,” katanya tentang perjalanan 48 harinya. “Dan saya memang belajar banyak hal tentang diri saya sendiri, tentang batasan saya, tentang kekuatan dan kelemahan saya. Dan saya katakan saya sangat berharap bahwa perjalanan menginspirasi setidaknya satu orang lagi untuk keluar dari zona nyaman mereka dan mencoba sesuatu baru, sesuatu yang besar.” ujarnya
Kleon yang sekarang akan memulai tahun ketiga studinya di University of Aberdeen, menceritakan pada bulan Maret lalu ketika ia memutuskan untuk mencari penerbangan pulang ke Yunani. Sebagian besar teman-temannya sudah pergi, tetapi dia bilang dia masih memastikan tidak ketinggalan pelajaran. Dia memesan tiga tiket penerbangan tetapi semua dibatalkan.
“Pada awal April saya tahu bahwa saya akan menghabiskan setidaknya bulan berikutnya di karantina di Aberdeen,” katanya.
Tapi kemudian dia mendapat idenya. Terjebak ribuan kilometer jauhnya dari keluarganya dan ingin berpetualang, Kleon mengatakan dia mulai meneliti apa yang diperlukan untuk melakukan perjalanan dengan sepeda. Dia mengatakan dia telah mengikuti lomba balap sepeda pada tahun 2019 dan telah berlatih singkat pada tahun ini selama beberapa minggu, namun itu semua adalah tentang pengalaman bersepeda yang dibawanya.
Ia pun segera mulai mewujudkan mimpinya untuk membeli peralatan yang dia butuhkan. Dia membeli sepeda, memberi tahu teman-temannya dan menyampaikan kabar itu kepada orang tuanya. “Mereka setuju, karena mereka semua itu hanya pikiran dan gagasanku yang pada akhirnya hanya akan kulepaskan begitu saja.”kata Kleon.
Ayahnya menawarkan satu syarat untuk perjalanan yang dilakukan Kleon, mereka meminta Kleon memakai aplikasi yang akan memungkinkan keluarganya untuk dapat terus melacaknya dan tahu di mana posisi dia berada.
Pada 10 Mei lalu, dipersenjatai dengan ikan sarden kalengan, selai kacang dan roti, kantong tidur, tenda dan peralatan untuk sepedanya, ia memulai perjalanannya.
Kleon mengatakan kepada CNN bahwa dia akan berjalan antara 50 hingga 120 kilometer per hari. Awalnya menyeberang melalui Inggris dan kemudian ke Belanda. Dia bersepeda di sepanjang Rhine di Jerman selama beberapa hari, melewati Austria dan bersepeda di sepanjang pantai timur Italia sebelum dia naik perahu ke pelabuhan Yunani Patras, dan dari sana ia bersepeda ke daerah rumahnya di Athena.
Sepanjang perjalanannya, dia mendirikan kemah di ladang dan hutan. Dia menghabiskan beberapa saat terakhir setiap hari untuk menuliskan kemajuannya, melacak jalan hari berikutnya dan menghubungi keluarga serta teman-temannya.
Sementara dia berjalan melalui berbagai negara di Eropa, Kleon kadang-kadang menghampiri teman-teman atau kenalan yang menawarkan tempat tidur dan mandi.
“Sebagai orang yang relatif introvert, saya terpaksa keluar dari zona nyaman saya dalam artian bahwa jika saya tidak melakukan beberapa hal, saya tidak akan punya tempat tinggal, saya tidak akan punya air,” katanya. “Itu memaksa saya untuk semacam memberanikan diri untuk berinteraksi dan mendatangi mereka.”
Pada tanggal 27 Juni, hampir 50 hari sejak ia pertama kali berada di jalan, ia tiba di rumah, di mana keluarganya bersama dengan puluhan teman serta orang lain yang turut melacak perjalanannya menunggu untuk merayakan kedatangannya.
Bagi Kleon hal itu sangat emosional. Ia berasal dari keluarga dengan ke dua orang tua yang sangat suka bertualang di tahun-tahun muda mereka, dan dirinya mengikuti jejak mereka.**(RW)