Sejumlah faktor berkontribusi pada kebangkitan wabah di Jepang, menurut para pakar kesehatan masyarakat. Keadaan darurat mungkin telah dilepas terlalu dini, sebelum infeksi cukup melambat.
“Pemerintah seharusnya memiliki strategi yang tepat untuk mengendalikan penularan secepat mungkin,” kata Kenji Shibuya, seorang profesor di King’s College London dan mantan kepala kebijakan kesehatan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Baik Hong Kong dan Australia bertindak sangat cepat dan berusaha untuk mengatasinya secepat mungkin, dengan melakukan tes yang diperluas dan menjaga jarak sosial dengan agresif termasuk lockdown dengan aturan yang keras.
Baca Juga: Bisakah Vitamin D Turunkan Risiko Terinfeksi Covid-19?
Meskipun Jepang memahami lebih awal dari banyak negara Barat bahwa virus itu lebih mungkin menyebar melalui tetesan di udara, dan memperingatkan penduduk untuk menghindari kondisi yang padat dan tidak berventilasi, itu tidak cukup untuk mengubah perilaku individu ketika pembatasan dicabut.
Memang setiap orang terus memakai masker selama pandemi, namun infeksi saat ini sebagian besar terjadi dalam situasi di mana penutup wajah biasanya tidak dipakai, seperti acara makan dan minum secara berkelompok.
Tidak seperti Selandia Baru, Jepang tidak pernah berbicara tentang menghilangkan patogen. Para ahli mencoba untuk mendorong Jepang melakukan “cara hidup baru” dan membahas tentang era di mana orang hidup berdampingan dengan virus.
Mudah-mudahan hal ini bisa menjadi contoh bagi setiap orang di Indonesia agar tidak menyepelekan virus corona (COVID-19) dan terus disiplin menjalankan protokol kesehatan dari pemerintah maupun WHO.**(RW)