Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Wednesday, April 24, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Libanon, Negara Pertama di Timur Tengah yang Alami Hiperinflasi

Sumber foto: Mohamed Azakir/Reuters

Topcareer.id – Libanon sekarang adalah negara pertama di Timur Tengah dan Afrika Utara yang tingkat inflasinya melebihi 50% selama 30 hari berturut-turut, menurut Steve H. Hanke, seorang profesor ekonomi terapan di Universitas Johns Hopkins.

Kenaikan tajam harga barang dan jasa, mendorong negara ini semakin jauh ke dalam krisis. Inflasi tinggi berarti banyak barang menjadi tidak terjangkau.

“Kami mulai menerima pesan dari orang-orang berpendidikan … mengirim email kepada kami hanya untuk bantuan,” kata Soha Zaiter, manajer eksekutif Lebanese Food Bank.

Dia menambahkan, “Tidak ada kelas menengah lagi.” Lebanon sangat bergantung pada impor, yang merupakan 60% dari barang-barang yang dikonsumsi, menurut ekonom Lebanon Roy Badaro. Karena korelasi yang sangat tinggi antara impor dan konsumsi, lonjakan nilai tukar terhadap dolar kemudian diterjemahkan menjadi peningkatan besar-besaran harga eceran.

Barang-barang seperti pakaian dan alas kaki saja telah mengalami kenaikan harga tahunan sebesar 345%, menurut laporan terbaru Credit Libanais.

Baca juga: Pengeluaran Rumah Tangga di Jepang Turun Signifikan karena Pandemi

Selain itu, langkah-langkah lockdown yang diambil untuk mengatasi pandemi virus corona, yang mengakibatkan ditutupnya usaha kecil dan PHK besar-besaran, telah mendorong negara itu semakin terperosok ke dalam jurang.

Covid-19 memiliki “efek pengganda,” kata Badaro. Dan menurut Zaiter, lebih dari setengah populasi Libanon hidup di bawah garis kemiskinan. Bank Dunia memperkirakan bahwa 155 ribu rumah tangga hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem.

“Jika Kamu membandingkan situasi sebelum dan sesudah, tidak hanya Covid-19, tetapi bahkan sebelum revolusi dimulai pada Oktober 2019 … sekarang orang bergantung pada LSM karena pemerintah tidak memiliki rencana untuk orang-orang ini,” katanya.

Sementara pemerintah Libanon telah menjanjikan bantuan keuangan kepada 43.000 keluarga termiskin, ada kekhawatiran bahwa itu tidak sepenuhnya menjangkau orang yang tepat.

“Daftar data untuk keluarga sudah sangat tua dan lama tidak diupdate, beberapa dari mereka sudah mati atau telah pindah ke luar Libanon,” kata Zaiter.

Baca juga: Mengapa Emas Dianggap ‘Safe Haven’ dalam Krisis Virus Corona

Organisasi nirlaba Embrace, yang memiliki saluran bantuan pencegahan bunuh diri nasional, mengatakan laporan bunuh diri meningkat dua kali lipat di negara ini pada tahun ini, melonjak dari rata-rata 200 laporan per bulan tahun lalu, menjadi antara 400 dan 500 per bulan pada 2020.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply