Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, March 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Pria Tinggi Lebih Rentan Terkena Virus Corona?

Topcareer.id – Pria dengan tinggi di atas 180 cm dua kali lebih mungkin terkena virus corona, menurut sebuah penelitian yang menambah bobot pada teori penyakit itu bisa ditularkan melalui udara.

Data dari 2.000 orang di Inggris dan AS menunjukkan pria tinggi lebih berisiko terinfeksi. Wanita juga memiliki peluang lebih tinggi jika tinggi mereka lebih dari 180 cm tetapi tidak dapat diandalkan.

Para peneliti mengatakan temuan itu tidak berarti orang yang tinggi secara genetik lebih rentan terhadap COVID-19. Sebaliknya, tim yakin hasil menunjukkan bahwa virus itu menyebar melalui partikel kecil yang disebut aerosol yang tertinggal di udara setelah dihembuskan.

Baca Juga: Waduh, Pria Botak Lebih Rentan Terkena Covid-19 Menurut Ilmuwan

Pejabat kesehatan sebelumnya mengatakan mereka yakin virus itu ditularkan melalui tetesan yang menempuh jarak pendek sebelum jatuh ke bawah dan mendarat di tanah atau permukaan.

Para ilmuwan di balik penelitian tersebut yang dipimpin oleh Universitas Oxford, mengatakan ketinggian tidak akan membuat perbedaan jika virus corona menyebar dengan cara ini, yang mengindikasikan bahwa virus itu menular melalui udara. “Hasil survei ini dalam kaitannya dengan tinggi badan dan diagnosis menunjukkan transmisi tetesan ke bawah bukan satu-satunya mekanisme transmisi dan transmisi aerosol dimungkinkan,” kata Profesor Evan Kontopantelis, dari University of Manchester, kepada Daily Telegraph.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui awal bulan Juli lalu ada ‘bukti yang muncul’ bahwa virus corona dapat menyebar melalui udara. Mereka sebelumnya mengatakan virus menyebar terutama melalui tetesan setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Tetesan tersebut diperkirakan tenggelam ke tanah atau mendarat di permukaan, tempat virus dapat ditularkan.
Ada seruan kepada WHO agar memperbarui pedomannya untuk memperingatkan bahwa infeksi dapat bertahan di udara dan dihirup oleh orang lain. Prof. Kobtopantelis mengatakan penelitian menunjukkan penggunaan masker menjadi metode efektif pencegahan yang lebih penting daripada menjaga jarak.

Baca Juga: Demi Melihat Sang Ibu yang Positif COVID-19, Pria Ini Panjat Jendela RS

Dia berkata: “Meskipun jarak sosial masih penting, karena penularan melalui tetesan masih mungkin terjadi, hal itu menunjukkan bahwa pemakaian masker mungkin efektif dalam pencegahan. Tetapi juga, pemurnian udara di ruang interior harus dieksplorasi lebih jauh.”

Hasil survei dianalisis oleh tim ilmuwan data di Inggris, Norwegia, dan AS. Meskipun makalah ini belum ditinjau oleh sejawat, penulis merasa implikasinya pada perdebatan tentang transmisi aerosol harus tersedia untuk komunitas yang lebih luas saat kegiatan masyarakat mulai dibuka kembali.

Studi ini juga mengeksplorasi dampak dari keadaan dan kondisi kerja, menemukan tinggal di akomodasi bersama dan menggunakan transportasi umum untuk bekerja merupakan faktor penting dalam penularan penyakit.

Mengomentari temuan tersebut, Profesor kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter, mengatakan hal ini harus ditafsirkan ‘dengan hati-hati.’ “Para penulis menganalisis sejumlah besar kemungkinan prediktor untuk berbagai ukuran hasil,” katanya. “Salah satu kesalahan terbesar yang dibuat orang dengan survei epidemiologi adalah pengujian hipotesis ganda. Semakin banyak pengujian hipotesis yang dilakukan, makan akan semakin besar kemungkinan kamu menandai asosiasi yang hanya muncul secara kebetulan.**(RW)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply