Topcareer.id – Akibat pandemi virus corona, semua sekolah telah ditutup selama lebih dari lima bulan dan kelas online menjadi adaptasi kebiasaan baru.
Penggunaan teknologi untuk sekolah online memang positif, namun kebiasaan baru ini juga memiliki sisi negatifnya sendiri jika tidak waspada.
Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya anak-anak sekarang yang menunjukkan gejala kecanduan seluler yang parah dan menyebabkan masalah perilaku.
Baca Juga: Survei: Kehilangan Smartphone Tingkat Stresnya Sama dengan Alami Serangan Teroris
Seorang psikiater senior di Universitas Kedokteran King George (KGMU) India, mengatakan bahwa dia telah mendapatkan kasus dimana anak-anak menjadi mudah tersinggung, kehilangan nafsu makan dan juga mengeluh sakit kepala serta masalah mata.
Baca Juga: Studi: Anak-Anak dengan Covid-19 Bisa Tularkan Virus Berminggu-minggu
“Sejak pandemi berlanjut, saya tidak dapat mengadakan sesi konseling dengan anak-anak seperti itu dan saya hanya menasihati orang tua untuk menangani situasi tersebut,” katanya.
Psikiater di rumah sakit Moti Lal Nehru di Prayagraj juga memperhatikan peningkatan jumlah orang tua yang membawa anak mereka dengan masalah kecanduan parah terhadap smartphone dan perubahan perilaku.
Ishanya Raj, psikolog klinis di rumah sakit MLN, mengatakan, “Setelah bertemu begitu banyak pasien dan melakukan konseling, kami telah mengamati beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika keluarga selama lockdown. Interaksi dengan anak kurang, praktik parenting yang buruk, kurangnya komunikasi dan pengawasan.”
Raj mengatakan bahwa dalam banyak kasus, setiap anggota keluarga sibuk di dunia maya selama pandemi. Karena struktur keluarga inti saat ini, anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk bermain dan terlibat dalam kegiatan rekreasi lainnya. Sekolah ditutup dan anak-anak mengandalkan smartphone untuk bermain game atau menonton program lain.
Beberapa anak ditemukan menggunakan ponsel selama lebih dari 12 jam dalam sehari atau lebih karena tidak adanya interaksi di antara anggota keluarga. Hal ini menyebabkan masalah perilaku dan membuat anak mudah tersinggung.
Suman Rawat, seorang ibu rumah tangga muda mengakui bahwa kedua anaknya telah menunjukkan perubahan perilaku yang pasti. “Mereka adalah anak-anak yang berperilaku baik tetapi sekarang mereka sudah mulai membalas. Jika saya memarahi mereka, mereka mulai melempar barang-barang dan bahkan berperilaku buruk dengan kakek-nenek mereka. Mereka ingin keluar dan bermain tetapi saya tidak bisa mengijinkan mereka karena ketakutan virus corona,” dia berkata.
Rakesh Paswan, konsultan psikiater di rumah sakit yang sama mengatakan, “Melalui analisis mendetail tentang gaya pengasuhan, area defisit perlu diidentifikasi, dan dengan penggunaan intervensi psikologis, masalah semacam ini dapat diatasi.”
Para dokter mengatakan bahwa orang tua disarankan untuk meningkatkan interaksi dengan anak-anak meskipun mereka dalam mode bekerja dari rumah.
Masalahnya lebih parah jika keluarga memiliki anak tunggal yang tidak dapat berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok usianya. “Kami meminta mereka untuk mengizinkan aktivitas fisik bagi anak dari dalam rumah dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan mereka. Anak harus diberi waktu istirahat rutin dari ponsel,” katanya.
O.P. Rai, dokter mata di Agra, mengatakan kasus anak-anak yang mengalami kemerahan dan mata berair, penglihatan kabur bahkan nyeri di sekitar mata akibat kecanduan smartphone meningkat tajam dalam tiga bulan terakhir.**(RW)