Topcareer.id – Beberapa orang secara alami memiliki kepekaan arah yang lebih baik daripada yang lain, tetapi sebuah studi baru menemukan masalah navigasi spasial yang sering ditemukan pada orang dewasa dengan risiko genetik yang lebih besar bisa mengembangkan Alzheimer di kemudian hari.
Sudah diketahui dengan baik bahwa pasien Alzheimer menderita disorientasi dan dapat tersesat dalam jalur yang paling sederhana, tetapi ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa masalah navigasi muncul bertahun-tahun sebelum gejala lainnya.
Mengutip The Ladders, penelitian ini dilakukan di Ruhr-University Bochum dan University Medical Center Freiburg oleh tim ilmuwan internasional.
Navigasi spasial, secara umum, berarti kemampuan seseorang untuk mengingat dan bergerak melalui lingkungan yang berbeda. Sekarang, elemen kunci navigasi spasial manusia (dan hewan) adalah integrasi jalur.
Baca Juga: Kondisi Langka, Penderita Penyakit Ini Miliki Daya Ingat Luar Biasa
Integrasi jalur mengacu pada kemampuan kita untuk melacak lokasi kita dengan mengacu pada lingkungan sekitar tanpa adanya petunjuk visual.
Jadi, katakanlah kamu menutup mata sekarang dan mencoba pergi ke kamar mandi terdekat. Kemungkinan kamu akan memiliki gagasan yang cukup bagus tentang tindakan apa yang harus kamu lakukan untuk pergi ke toilet. Integrasi jalur itu.
“Jika kamu bangun di malam hari dan ingin menemukan jalan ke kamar mandi dalam gelap, selain mengetahui penetaan rumah sendiri, kamu perlu tahu mekanisme yang melacak posisimu sendiri di dalam ruangan tanpa menggunakan petunjuk eksternal,” jelas penulis studi utama Anne Bierbrauer dalam rilis universitas.
Aspek penting dari studi ini adalah asumsi kerja tim peneliti bahwa sel grid yang terletak di korteks entorhinal otak bertanggung jawab atas keterampilan integrasi jalur setiap individu.
Mengapa mereka membuat asumsi ini? Dalam eksperimen sebelumnya, sel kisi ini telah menampilkan “pola aktivitas unik” saat peserta menjelajahi lingkungan spasial. Selain itu, para ilmuwan telah lama sepakat bahwa korteks entorhinal memfasilitasi navigasi spasial secara umum.
Sebagian besar, peserta dengan risiko genetik Alzheimer memiliki kinerja yang lebih buruk pada tugas navigasi digital dibandingkan subjek penelitian lainnya.
“Dalam studi ini, kami menunjukkan defisit yang sangat spesifik pada orang sehat dengan peningkatan risiko Alzheimer secara genetik,” kata rekan penulis studi Lukas Kunz.
“Di masa depan, perubahan perilaku seperti itu mungkin dapat membantu mendiagnosis penyakit Alzheimer lebih awal, sebelum gejala serius muncul.”
Alzheimer adalah kondisi yang mengerikan, dan sulit bagi siapa pun untuk mendengar bahwa mereka mungkin mengembangkan penyakit di kemudian hari. Namun, di sisi lain dari koin itu, adalah fakta bahwa deteksi dini dapat sangat membantu meningkatkan efektivitas terapi obat dan intervensi demensia lainnya.**(RW)