Topcareer.id – Menurut laporan dari McKinsey, dua tahun dari sekarang, sekitar 70 persen eksekutif dalam survei lebih mengharapkan untuk menggunakan pekerja sementara (freelancer) dan pekerja kontrak di perusahaan mereka ketika pandemi atau setelah pandemi.
“Rencana untuk bermigrasi ke model dengan ketergantungan yang lebih besar pada pekerja kontrak terutama terlihat di sektor akomodasi dan layanan makanan, serta dalam perawatan kesehatan dan bantuan sosial,” sebut laporan McKinsey yang mensurvei 800 eksekutif.
Masih dalam laporan itu, ketidakpastian tentang bagaimana pandemi akan terjadi dan kapan ekonomi akan kembali normal mungkin menjadi salah satu alasan rencana untuk meningkatkan jumlah pekerja kontrak atau freelancer yang mereka gunakan.
Baca Juga: Efek Wabah Corona, Google Batal Pekerjakan 2.000 Pegawai Kontrak
Alasan lain untuk menjadikan tenaga kerja sebagai biaya variabel melalui kontrak mungkin mencerminkan tekanan biaya yang dialami perusahaan saat mereka bekerja untuk bertahan melalui penurunan.
Laporan itu menulis bahwa Covid-19 telah secara dramatis mengubah cara bagaimana pekerjaan dilakukan, dan pemberi kerja sekarang merencanakan cara terbaik untuk mendapatkan manfaat dari perubahan tersebut saat mereka mempersiapkan bisnis setelah pandemi mereda.
“Digitalisasi dan otomatisasi yang lebih besar, lebih banyak permintaan untuk freelancer independen, dan peningkatan ketergantungan pada pekerjaan jarak jauh berpotensi menghasilkan produktivitas yang lebih baik, biaya yang lebih rendah, dan meningkatkan ketahanan,” tulis laporan itu.
Inovasi secara historis telah mendorong perubahan yang bermanfaat bagi pekerja dan umat manusia pada umumnya, dan tren tempat kerja baru menjanjikan produktivitas yang lebih besar yang akan mendorong kesejahteraan yang lebih luas.
McKinsey mengadakan survei terhadap para eksekutif bisnis di seluruh dunia di Juni 2020. Laporan ini didasarkan pada survei terbaru terhadap 800 eksekutif, mewakili berbagai industri di delapan negara.
Separuh dari responden berbasis di Amerika Serikat, dan sisanya bekerja di Australia, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Spanyol, dan Inggris Raya.**(RW)