Topcareer.id – Gelombang pertama vaksin Covid-19 kemungkinan tidak akan mengakhiri pandemi, kata Kate Bingham, kepala Satgas Vaksin Inggris.
Inggris memiliki 340 juta dosis dari enam prototipe vaksin dalam persediaannya, lebih banyak dari negara lain mana pun.
Kate Bingham mengatakan masih ada ketidakpastian tentang berapa banyak perlindungan yang mereka berikan dan untuk berapa lama. Beberapa pengembangan awal dan penelitian masih dibutuhkan.
“Kami belum selesai,” katanya dalam wawancara eksklusif. “Alasan kami menggunakan serangkaian vaksin adalah untuk memaksimalkan peluang kami bahwa kami akan memiliki setidaknya satu vaksin yang berhasil yang bekerja pada populasi yang paling rentan.
Baca Juga: AstraZeneca dan Kemenkes Diskusi Terkait Pembelian Awal Calon Vaksin Covid-19
“Kami selalu mencari vaksin tambahan untuk dikirimkan pada waktu yang berbeda atau dengan profil kekebalan yang berbeda.” Ujarnya.
Dua vaksin yang dibuat oleh Universitas Oxford / AstraZeneca dan BioNTech / Pfizer, diharapkan merilis data dari uji klinis fase 3 utama dalam beberapa minggu.
Mereka harus menunjukkan apakah vaksin benar-benar bisa menghentikan penyebaran virus atau hanya sanggup mengurangi gejalanya saja.
Tetapi Bingham mengatakan bahkan vaksin yang mengurangi keparahan penyakit pada pasien yang rentan akan tetap bermanfaat.
“Vaksin yang efektif sebagian lebih baik daripada tidak ada vaksin sama sekali,” lanjutnya.
Bingham telah mengikuti uji coba vaksin Novavax di Royal Free Hospital di London. Dia tidak tahu apakah itu vaksin aktif atau tiruan saline.
Lebih dari 270.000 orang sejauh ini telah mendaftar ke Pendaftaran Penelitian Vaksin dengan harapan dapat bergabung dalam uji coba. Lebih banyak relawan dari etnis minoritas dibutuhkan untuk menguji vaksin dalam populasi yang beragam.
Profesor Jonathan Ball, seorang ahli vaksin di Universitas Nottingham, mengatakan semuanya bergantung pada hasil yang baik dari uji coba fase 3.
Tingkat antibodi seseorang turun dengan cepat setelah terinfeksi COVID-19. Jika hal yang sama terjadi dengan kemampuan vaksin dalam melawan virus, maka vaksin hanya dapat melindungi selama satu atau dua bulan saja.
“Saat ini kita semua sama sekali tidak memiliki perlindungan terhadap COVID-19, terlebih untuk orang lanjut usia, terutama mereka yang menderita penyakit seperti obesitas dan diabetes, ini adalah penyakit yang serius.”kata Jonathan.
“Kita tidak bisa memberikan harapan palsu kepada orang-orang. Kami harus yakin bahwa vaksin tersebut melakukan apa yang kami inginkan.”pungkasnya.**(RW)