Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Thursday, November 21, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Begini cara Menemukan Vaksin secara Cepat

Ilustrasi vaksinasi Covid-19 jadi program imunisasi rutin, gratis untuk kelompok rentan.Ilustrasi vaksinasi Covid-19 jadi program imunisasi rutin, gratis untuk kelompok rentan.

Topcareer.id – Pengetahuan tentang seluk beluk vaksin memang bukanlah topik yang mudah dikonsumsi orang awam. Tidak pelak hal ini menimbulkan keraguan di benak masyarakat, apakah mungkin dalam waktu singkat sebuah vaksin bisa diciptakan.

Demi menjawab keraguan tersebut, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mendatangkan Ahli Virologi, Prof. Ngurah Mahardika yang mengetahui betul seluk beluk pembuatan vaksin dari awal, dalam acara Dialog Inspirasi bertajuk Tata Cara Penemuan Vaksin.

“Zaman dahulu tentu harus dapat agennya dulu yang murni. Setelah itu diperbanyak, dan kemudian baru disiapkan sebagai vaksin. Tapi zaman sekarang, teknologi telah memungkinkan kita melakukannya dengan cepat. Tidak perlu lagi agen penyakit dan bisa dibuat sintetis, sehingga hanya perlu waktu satu dua bulan saja untuk menemukan bibitnya,” kata Prof. Ngurah secara virtual, Senin (2/10/2020).

Dalam pemaparannya, Prof. Ngurah Mahardika juga menjelaskan ada sedikitnya 4 ragam vaksin yang dibedakan berdasarkan bahan dasarnya.

Baca juga: Perubahan Perilaku dan Imunisasi Jadi Kunci Menekan Penyebaran Covid-19

“Pertama yang berbasis virus murni yang dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia, ada pula yang berbasis DNA atau mRNA, ketiga ada vaksin berbasis adenovirus, dan terakhir adalah vaksin berbasis protein,” tambahnya.

Menurutnya, ragam basis vaksin ini pun mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri, seperti vaksin berbasis virus yang dimatikan, yang saat ini diujicobakan di Indonesia adalah jenis paling lazim, sehingga regulasi penggunaanya jauh lebih ringkas.

Sementara vaksin berbasis DNA dan adenovirus, memang belum ada contohnya yang beredar di masyarakat sehingga regulasinya memakan waktu lama.

Lebih lanjut, Prof. Ngurah Mahardika mengatakan meskipun teknologi mengakselerasi penemuan vaksin baru, faktor kunci yang tidak boleh dikesampingkan dalam prosedur adalah, memastikan tingkat keamanannya.

Di mana dalam aspek keamanan ini dimulai sejak fase pre klinis, yang diujikan pada hewan, lalu Fase I yang melibatkan relawan manusia, Fase II yang melibatkan ratusan relawan, dan Fase III yang melibatkan ribuan relawan.

“Pada semua fase, aspek keamanan dan daya guna menjadi perhatian serius. Lebih-lebih pada Fase III, ketika melibatkan ribuan hingga puluhan ribu orang,” tegasnya.

Tidak sampai di situ saja, setelah beredar di masyarakat vaksin akan terus dimonitor dan diaudit terus menerus untuk memastikan keamanan vaksin yang beredar tersebut nantinya.**(Feb)

the authorSherley Agnesia

Leave a Reply