Topcareer.id – Ada sedikit bukti bahwa kekebalan kawanan (Herd Immunity) membantu Swedia memerangi virus corona, menurut ahli epidemiologi terkemuka negara itu, Anders Tegnell.
“Masalah kekebalan kawanan sulit,” kata Anders Tegnell dalam sebuah penjelasan di Stockholm, Selasa (24/11/2020). “Kami tidak melihat tanda-tanda kekebalan pada populasi yang memperlambat penularan saat ini.”
Orang Swedia lebih terpapar virus daripada tetangga mereka di tempat lain di wilayah Nordik, dan rata-rata satu dari tiga orang warga Stockholm yang diuji memiliki antibodi, menurut angka yang diterbitkan pihak terkait di Swedia minggu ini.
Informasi terbaru tersebut muncul setelah Swedia memilih untuk tidak melakukan lockdown, dan sebaliknya justru mengandalkan tindakan sukarela untuk membiarkan herd immunity terjadi.
Baca Juga: Peneliti: Memaksakan Herd Immunity Tanpa Vaksin Hanya Akan Sebabkan Ribuan Kematian
Tegnell di masa lalu mengatakan bahwa kekebalan kawanan sulit diukur dan bahkan mempertanyakan angka resmi. Otoritas Swedia telah memperjelas bahwa kekebalan bukanlah tujuan kebijakan, tetapi paparan negara terhadap virus menjadikannya kasus uji yang jelas untuk mengamati teori tersebut.
Studi OECD, Swedia secara konsisten menempati peringkat di antara negara-negara yang paling terpukul di Eropa. Swedia baru-baru ini dipaksa untuk mengkalibrasi ulang pendekatannya terhadap virus, karena tingkat kematian akibat Covid-19 mencapai 7.000 orang setiap hari.
Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven menyebutkan hal ini “belum pernah terjadi sebelumnya” awal bulan November, orang Swedia tidak akan lagi bebas berkumpul di depan umum dalam kelompok yang lebih besar dari delapan orang. Penjualan alkohol sekarang juga dilarang setelah jam 10 malam.
Pembatasan baru dilakukan di tengah peringatan bahwa Rumah Sakit perawatan intensif di Swedia cepat terisi penuh. Sementara itu, pihak berwenang di negara itu memperingatkan agar tidak terlalu membebani kemungkinan vaksin di masa depan.
“Kami masih melihat peningkatan pada pasien yang membutuhkan perawatan dan perawatan intensif,” kata Thomas Linden, kepala departemen di Dewan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional Swedia.
“Pada gelombang ketiga ini, sistem perawatan kesehatan akan lebih tegang daripada yang terjadi sejauh ini,” katanya.**(RW)