Topcareer.id – Secara psikologis, ada beberapa fase reaksi seseorang saat dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan diagnosis swab PCR. Hal itu dikatakan oleh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Aulia Iskandarsyah.
Aulia menyampaikan, fase pertama biasanya adalah penyangkalan bahwa seseorang positif Covid-19. Penyangkalan tersebut selanjutnya melahirkan respons diri berupa marah atau sedih.
Sikap ini merupakan fase di mana kondisi mental seseorang mulai terganggu. Penurunan mental akan melahirkan sikap sedih, stres, hingga menutup diri. Fase terakhir adalah ketika seseorang mulai menerima bahwa ia terkena COVID-19.
Ia menilai penyintas COVID-19 memerlukan pengelolaan stres dalam diri yang baik serta dukungan orang terdekat agar mampu sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Namun, Psikolog Kesehatan ini menjelaskan, bukan suatu aib jika seseorang terkena Covid-19. Wabah pandemi ini akan menyasar seluruh orang tanpa terkecuali.
Baca juga: UGM: Tingkat Akurasi GeNose Hampir Sekelas Swab Test
Aulia menyarankan seseorang yang positif COVID-19 berdasarkan hasil swab PCR untuk membuka diri dengan menerima keadaan. Adaptasi tubuh yang cepat akan lebih mudah menentukan rencana selanjutnya.
Konsultasi dengan Satgas atau tim medis harus segera dilakukan untuk menentukan upaya penanganan terbaik. Jika penyintas tidak mengalami gejala, ia bisa melakukan isolasi mandiri dengan pemantauan yang ketat.
“Mau gak mau kita harus patuh dengan protokol isolasi mandiri, jika ada kendala silakan konsultasikan dengan satgas,” kata dia dalam siaran pers, Selasa (29/12/2020).
Aulia menekankan bahwa masyarakat jangan beranggapan bahwa penyintas COVID-19 adalah orang yang mesti dijauhi. Stigma ini nyatanya masih melekat di sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, seharusnya yang wajib dijauhi adalah penyakitnya. Bukan orangnya.
“Jika orang itu di-swab lagi terus hasilnya negatif, kita harus menerimanya kembali,” kata Aulia.
Penyintas juga sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekat, baik morel maupun materiel. Keluarga, kerabat/kolega, hingga masyarakat sekitar harus mendukung perjuangan penyintas COVID-19.
Hindari Stres
Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres ada kaitannya dengan menurunnya imun tubuh. Orang dengan stres berat cenderung memiliki imun tubuh yang rendah. Penyintas juga wajib menghindari stres saat tengah berjuang untuk sembuh saat COVID-19. Pikiran positif diupayakan terus dibangun oleh penyintas.
Aulia menjelaskan, kekuatan diri jika digabungkan dengan dukungan sosial akan mampu melakukan pengelolaan stres yang lebih baik. “Kalau berjuang sendiri, dia (penyintas) akan berat. Kalau pikirannya positif, lingkungannya juga positif, dia akan menjalani isolasinya dengan baik,” pesan Aulia.