Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 20, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

Ini Penjelasan Mengapa Vaksin COVID-19 Harus Disuntikkan Dua Kali

Sumber foto: apnews.com

Topcareer.id – Presiden Joko Widodo terima suntikan kedua vaksin COVID-19 pada Rabu (27/1/2021). Suntikan kedua vaksin COVID-19 ini memang sudah sesuai aturan jika merujuk SK Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

“Vaksin Sinovac. Vaksin Sinovac disuntikkan 2 kali dengan rentang jarak penyuntikkan 14 hari (0,5 ml per dosis),” tulis Surat Keputusan tersebut.

Tak hanya Sinovac, vaksin lain yang juga disebutkan dalam SK tersebut rata-rata perlu disuntikkan dalam dua kali atau dua dosis.

– Vaksin Sinopharm disuntikkan 2 kali dengan rentang jarak penyuntikkan 21 hari (0,5 ml per dosis).

– Vaksin AstraZeneca disuntikkan 1 atau 2 kali dengan 0,5 ml per dosis. Bila dua kali disuntikkan maka rentang penyuntikkannya selama 28 hari. 

– Vaksin Novavax disuntikkan 2 kali dengan 0,5 ml per dosis. Rentang penyuntikkan selama 28 hari.

– Vaksin Moderna disuntikkan 2 kali dengan 0,5 ml per dosis. Rentang penyuntikkan selama 28 hari.

– Vaksin Pfizer disuntikkan 2 kali dengan rentang jarak penyuntikkan 28 hari (0,5 ml per dosis).

Alasan Ilmiah

Menurut penjelasan dari Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi, Reisa Broto Asmoro, vaksinasi dosis pertama bertujuan untuk mengenalkan vaksin dan kandungan yang ada di dalamnya kepada sistem kekebalan tubuh. Dosis pertama ini dilakukan untuk memicu respons kekebalan awal.

Baca juga: Pemerintah Perpanjang Aturan Perjalanan Dalam Dan Luar Negeri

Berselang 14 hari dari pemberian dosis pertama, dilanjutkan dengan suntikan kedua yang bertujuan untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk sebelumnya. “Dua dosis suntikan ini akan memicu respons antibodi yang lebih optimal dan lebih efektif di masa yang akan datang,” terangnya.

Lebih lanjut, Reisa mengatakan, antibodi tersebut baru akan optimal 14-28 hari setelah suntikan kedua dilakukan.

Sama halnya dengan penjelasan Otto Yang, spesialis penyakit menular di UCLA Health. Menurutnya, vaksin bekerja dengan mengekspos tubuh pada sebagian kecil virus sehingga sistem kekebalan dapat belajar mengenalinya.

“Jika kamu melihat semua vaksin yang disetujui FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat), sebagian besar akan membutuhkan banyak dosis,” kata Otto Yang, spesialis penyakit menular di UCLA Health, mengutip TheVerge.

Lebih dari satu dosis, kata dia, berarti lebih banyak kesempatan bagi sistem kekebalan untuk mencari tahu secara tepat bagaimana melawan infeksi di masa depan.

Sistem kekebalan membutuhkan waktu paparan ekstra untuk mempelajari cara melawan virus secara efektif karena, seperti yang dijelaskan Yang, vaksin tidak mereplikasi di dalam tubuh seperti yang dilakukan virus. “Saat kamu pertama kali terpapar sesuatu, sistem kekebalan sebenarnya mulai dari awal,” kata Yang.

Patogen, seperti virus corona, memiliki area spesifik yang disebut antigen, yang memicu sel kita memproduksi antibodi untuk melawan infeksi. Vaksin memicu produksi antibodi spesifik yang dapat melawan sesuatu seperti virus.

Beberapa dosis vaksin memberi tubuh kesempatan untuk memproduksi lebih banyak antibodi. Mereka juga memberi tubuh pasokan sel memori yang kuat, yang tetap di dalam tubuh lama setelah terpapar.  Sel-sel ini siap merespons antigen spesifik tersebut jika muncul lagi.

Dengan banyak dosis, tubuh terpapar lebih banyak antigen, sehingga lebih banyak sel memori yang dibuat, yang mengarah ke respons antibodi yang lebih cepat dan lebih efektif di masa mendatang.

Sel memori tidak bertahan selamanya dan akan mati seiring waktu. Inilah sebabnya mengapa orang membutuhkan suntikan penguat untuk mempertahankan respons kekebalan terhadap infeksi seperti tetanus dan difteri. Booster, seperti namanya, adalah pendorong respons yang sudah ditetapkan.

Leave a Reply