Topcareer.id – Nostalgia adalah sentimentalitas untuk masa lalu yang unik bagi setiap orang. Secara historis, nostalgia dianggap sebagai kondisi mental dan memiliki konotasi negatif.
Istilah ini pertama kali diciptakan pada 1688 oleh mahasiswa kedokteran Swiss, Johannes Hofer. Kata Yunani nostos (artinya pulang) dan algos (artinya sakit), kedua kata tersebut yang kemudian dirangkai menjadi kata nostalgia yang dikenal hingga sekarang.
Nostalgia dianggap memainkan peran penting dalam ketahanan fisiologis. Menurut sebuah studi tahun 2015, neuroimaging telah menunjukkan keterlibatan memori dan jalur penghargaan di otak saat kamu mengalami nostalgia.
Inilah yang dilakukan nostalgia pada otak kamu.
Bagian kedua dari artikel:
Menggabungkan memori dan sistem penghargaan
Nostalgia di otak memasangkan fungsi memori kamu dengan sistem penghargaanmu. Ketika kamu menemukan memori yang “bermakna”, neuron tertentu menyala di otak yang mengabdikan diri untuk pemrosesan emosi. Aliran darah meningkat dan neurotransmiter dilepaskan ke tubuh dan aktivitas yang meningkat di daerah ini menghasilkan respon yang umumnya positif. Inilah mengapa nostalgia bisa membuatmu merasa baik.
Mengubah kebiasaan
Sebuah studi di Consumer Communication Reports tahun 2017 menemukan bahwa nostalgia sebenarnya dapat mengubah pola kecanduan otak dan membantu orang berhenti merokok. Nostalgia tentang kehidupan sebelum merokok membuat orang-orang dalam penelitian ini lebih termotivasi untuk berhenti merokok.
Mengurangi rasa sakit fisik
Anehnya, rasa rindu akan hal yang telah berlalu itu bisa mempermudah mengatasi rasa sakit. Ringkasan penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Psychology pada tahun 2020 menemukan bahwa menulis tentang kenangan indah sebenarnya dapat meningkatkan toleransi rasa sakit kamu, dan bahkan berhasil dengan orang yang mengalami nyeri kronis.
Membantumu merasa terhubung dengan masa lalu
Penelitian telah menemukan bahwa semakin kamu bernostalgia, semakin kamu akan mengalami sesuatu yang disebut “kesinambungan diri”, di mana kamu mengidentifikasi diri dengan identitas yang sama dari waktu ke waktu. Satu studi yang diterbitkan dalam Emotion pada tahun 2016 menemukan bahwa semakin kamu merasa berkelanjutan dari ingatan nostalgia, semakin bahagialah kamu.**(Feb)