Topcareer.id – Ilmuwan Israel telah menggunakan teknologi terobosan untuk menghancurkan sel kanker yang mereka coba pada tikus tanpa merusak sel lain. Mereka mengklaim sebagai yang pertama di dunia dan diharapkan bisa menggantikan kemoterapi suatu saat nanti.
Sistem pengeditan gen CRISPR Cas-9 memungkinkan para ilmuwan untuk membuat perubahan yang tepat pada DNA, dan ilmuwan pencipta metode ini Jennifer Doudna dan Emmanuelle Charpentier memperoleh Penghargaan Nobel Kimia tahun 2020.
Penelitian dari Universitas Tel Aviv menunjukkan bahwa sistem tersebut dapat digunakan untuk mengobati kanker pada hewan, menurut Profesor Dan Peer yang penelitiannya telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.
Pakar kanker mengatakan bahwa tidak ada ‘efek samping’ dari proses tersebut, yang ia gambarkan sebagai ‘kemoterapi yang lebih elegan’.
Baca Juga: Terobosan Teknologi Vaksin COVID-19 Bawa Angin Segar Bagi Pengembangan Obat Kanker
“Kami percaya bahwa sel kanker yang diperlakukan dengan cara ini tidak akan pernah aktif lagi,” katanya mengutip Dailymail.
“Teknologi ini dapat memperpanjang harapan hidup pasien kanker dan kami berharap, suatu hari nanti bisa menyembuhkan penyakitnya,” kata Peer, seraya menambahkan bahwa teknik tersebut juga dapat menghancurkan tumor dalam tiga perawatan.
Teknologi ini secara fisik dapat memotong DNA dalam sel kanker, dan sel-sel itu tidak akan bertahan hidup.
Peer berharap proses tersebut pada akhirnya akan bisa menggantikan kemoterapi yang selama ini diketahui dapat memiliki efek samping yang serius bagi pasien.
Penelitian melibatkan ratusan tikus dengan dua jenis kanker paling agresif yakni kanker otak, dan kanker ovarium metastatik.
Tikus yang menerima pengobatan ditemukan memiliki harapan hidup dua kali lipat dari kelompok kontrol, dengan tingkat kelangsungan hidup 30% lebih tinggi.
Peer mengatakan bahwa timnya berencana mengembangkan pengobatan untuk semua jenis kanker dan teknik tersebut dapat siap digunakan pada manusia dalam dua tahun ke depan.
Saat ini, CRISPR Cas-9 hanya digunakan untuk penyakit langka pada sel yang telah dikeluarkan dari tubuh. Perawatan akan dipersonalisasi untuk setiap pasien berdasarkan biopsi yang akan menentukan apakah mereka menerima suntikan umum atau suntikan langsung ke tumor.
Peer mengatakan bahwa injeksi terdiri dari messenger RNA yang akan memotong DNA, sistem ini untuk mengidentifikasi sel kanker dan nanopartikel lipid.
“Teknologi perlu dikembangkan lebih lanjut, tetapi yang utama adalah kami telah menunjukkan bahwa ini dapat membunuh sel kanker.” kata Peer.**(RW)