Topcareer.id – Beralih profesi atau bisnis bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan hati, keberanian, tekad yang kuat serta dan kemauan yang keras.
Tiga modal dasar inilah yang menjadi kunci bagi Wirawan Hartawan (61) untuk meninggalkan dunia musik yang ia geluti sebelum terjun menjadi seorang petani.
Mantan CEO Disc Tara yang kini sukses menjadi petani hidroponik ini berbagi pengalamannya kepada Topcareer.id.
“Hal yang akan terus dikejar semua orang hingga dunia kiamat yakni air, oksigen, kesehatan, dan makanan.”kata Wirawan.
Dari segi makanan tentu makanan yang sehat akan jadi lebih prioritas. Itulah salah satu alasan Wirawan berani banting stir dari seorang produser musik menjadi petani hidroponik, yang telah berhasil menyajikan sayur dan buah berkualitas tinggi penuh nutrisi bagi semua orang.
Baca Juga: Wirawan, Mantan Produser Musik yang Kini Sukses Geluti Bisnis Pertanian
“Saya sebelum bertani kan produser musik, untuk masuk ke pertanian jelas 180 derajat berubah. Awalnya pasti ada perasaan takut, gagal, dan khawatir karena tidak merasa pintar. Kuncinya adalah riset, we have to put our heart, our time untuk pelajarin dulu bisnis ini apa kelebihan dan kekurangannya.”kata Wirawan pada Topcareer.id di kantornya, Rabu (10/2/2021).
Setelah mempelajarinya kamu harus tekun belajar bagaimana cara menjalani bisnisnya dengan cara berguru ke banyak pakar dan banyak membaca.
“Saat kamu sudah mengerti, mulailah terjun ke skala kecil lebih dulu, jangan langsung skala besar, itu salah!”tegasnya.
“Skala kecil asal kita sudah bisa menguasai tekniknya, udah ngerti cara triknya, baru kita expand ke skala lebih besar. Nah dengan begini step by step-nya pasti bisnis apapun bisa jalan.” Jelasnya.
Terjun ke bisnis apapun pasti akan menghadapi banyak tantangan. Namun seiring dengan tantangan yang kamu hadapi maka kamu akan semakin kaya pengalaman. “Jadikan tantangan itu sebagai pengalaman langsung, jangan hanya tergantung dengan membaca buku. Pengalaman itu yang paling mahal.”kata Wirawan.
Tantangan bisnis hidroponik
Untuk sukses bertani hidroponik bukan perkara mudah, menurut Wirawan masih banyak orang yang melihat bisnisnya bertaninya hanya dari sisi luar saja yang terlihat manis.
Baca Juga: Mengenal Pertanian Hidroponik, Bisnis yang Kini Digeluti Mantan Bos Disc Tarra
Wirawan menceritakan bagaimana pada awal memulai bisnis bertani hidroponiknya. Ia menghadapi tantangan seperti penolakan dari keluarga hingga penolakan dari para musisi yang sempat ia orbitkan hingga terkenal.
Tak hanya itu, ia pun menghadapi tantangan berat dalam membangun dan mengembangkan teknologi hidrofarm yang ia ciptakan sendiri.
Dalam lima tahun pertama memulai pertanian hidroponiknya, Wirawan harus jatuh bangun mengalami ratusan kegagalan. Tapi ia tak tinggal diam dengan terus melakukan riset dan penelitian. Tidak ada sepeserpun penjualan selama lima tahun awal tersebut, justru ia harus merogoh kocek hingga kurang lebih Rp 120 Miliar hingga ia berhasil menyempurnakan dan mengembangkan teknologi sistem hidroponiknya yang ia beri nama Hydrofarm tech.
Setelah itu barulah ia mulai bisa membuat tanaman sayuran dan buah hidroponik dengan kualitas super yang bisa membantu meningkatkan kesehatan siapapun yang mengonsumsinya.
“Know how, kemauan dan fokus. Setelah kamu lakukan semuanya, belajarlah dari kesalahan. Once you learn from your mistake, you will become smarter, when you smart baru kamu bisa menjalaninya dengan sukses. Harus punya passion, jangan hanya memikirkan mau cepat saja. Harus banyak belajar dengan passion dan perbanyak pengalaman.”pesan Wirawan.
Teknologi pertanian yang modern magnet bagi generasi muda
Kaum muda masa kini banyak yang malu untuk terjun atau beralih ke bidang pertanian. Wirawan melihat fenomena ini disebabkan karena dalam dunia pertanian tidak ada banyak informasi bagi mereka untuk berkembang.
Mereka terlalu banyak melihat contoh petani tradisional yang enggan dan takut mengikuti perkembangan teknologi.
Menurut Wirawan, Pemerintah seharusnya mendorong anak muda terjun ke pertanian dengan menggunakan teknologi, sehingga pertanian secara kualitas akan meningkat. “Kalau selama ini pertanian tidak stabil karena hanya memakai cara tradisional, siapa yang mau masuk ke dunia pertanian.”ungkap Wirawan.
Namun, jika pertanian menggunakan teknologi yang sudah tidak perlu repot dan kotor serta lebih canggih dan bisa dikendalikan menggunakan smartphone dan laptop untuk mengolah pertanian, selain menyenangkan dan mudah, hasilnya pun bisa memiliki nilai jual yang baik.
Ia berharap pemerintah merubah mindset tradisional farming menjadi tekno farming sehingga bisa menarik kaum muda untuk masuk ke pertanian.
Pemerintah jangan hanya mendukung subsidi pupuk atau membuat irigasi, yang terpenting beri kaum muda training teknologi pertanian, sehingga kaum muda bisa bertani secara modern dan mereka jadi bersemangat untuk mengembangkannya.**(RW)