Topcareer.id – Satu tahun sudah virus corona mewabah di Indonesia, tepatnya tanggal 2 Maret 2020 sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan dua kasus pertama kasus virus corona.
Keduanya merupakan ibu dan anak yang diketahui terinfeksi virus usai melakukan kontak dengan seorang WNA asal Jepang.
Beragam upaya telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi serangan virus baru ini. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pun dibentuk dan terus bekerja keras untuk menghadapi gempuran virus corona hingga kini.
Langkah terbaru pemerintah salah satunya adalah dengan mengadakan program vaksinasi massal setelah mengetahui vaksin antivirus sudah lulus uji coba.
Baca Juga: Setahun Pandemi: Mengintip Suka Duka WFA
Dari sisi kehidupan masyarakat pun pandemi virus corona telah banyak merubah tatanan hidup dengan adaptasi kebiasaan baru. Banyak perusahaan merumahkan sementara karyawannya, bahkan sebagian yang tidak beruntung terpaksa gulung tikar dan mem-PHK pekerjanya.
Namun tidak semua perusahaan dan profesi dalam masyarakat semua lantas menjadi berhenti beroperasi sama sekali. Driver ojek online misalnya, mereka tetap menjalankan pekerjaannya keluar rumah setiap hari.
“Yang paling dirasakan ya jumlah orderan yang menurun drastis, penyebabnya banyak karyawan yang bekerja dari rumah, anak sekolah yang libur, mereka sekolah dari rumah, otomatis pengguna jasa kami semakin sedikit, belum lagi harus bersaing dengan ojol lain.” kata Ubaldi Halim kepada Topcareer.id.
Salah satu kendala yang ia alami selain order yang menurun juga sulitnya menjemput penumpang yang bertempat tinggal di perumahan atau komplek karena banyak jalan ditutup.
Baca Juga: Begini Perubahan Tren Pekerjaan ASN di Era New Normal
“Kalau masuk komplek saya gak tahan sama portalnya, jalanan ditutup di mana-mana, nggak tau pengaruhnya apa.” ujarnya sambil tertawa.
Selain driver online, juga ada profesi lain seperti dosen yang tetap harus bekerja, tak hanya Working From Home (WFH), namun juga harus tetap datang ke kampus untuk menyelesaikan beragam tugas selain mengajar.
“Tidak hanya WFH, saya sebagai dosen juga harus masuk ke kampus dua kali dalam seminggu. Protokol kesehatan yang saya lakukan mencuci tangan sebelum masuk ruangan, dan dari rumah saya sudah memakai masker.”kata Euis Winarti, MM dosen LP3i Jakarta Pusat.
Protokol kesehatan menjaga jarak fisik pun Euis lakukan saat bekerja di kantor dengan menjaga batasan jarak dengan rekan kerja. Kuota 25% karyawan yang bergiliran masuk kantor mempermudahnya untuk bekerja sambil menerapkan prokes dengan baik.
Sebagai pengajar, kendala yang paling dialaminya adalah bagaimana cara agar bisa mengajar dan menyampaikan materi supaya mahasiswa bisa menerima dan mengerti apa yang ia sampaikan saat mengajar mahasiswa di perkuliahan online.
Cerita berbeda dialami Tiffany Primadiana, salah seorang Agent Life Chat dari Tokopedia, menurutnya ia lebih senang bekerja di masa sekarang karena pekerjaannya 100% WFH sehingga bisa lebih menghemat pengeluaran.
“Selama WFH kerja di rumah itu saya jadi lebih irit ongkosnya dan lebih enak juga, saya jadi nggak perlu ke kantor.”ujar Tiffany. “Kalo misalnya saya mau kerja juga nggak usah mandi dulu, jadi bisa langsung kerja aja gitu.”tuturnya bercanda.
Baca Juga: Sebut 70% Profesi akan Punah, Kepala BKN Minta ASN Melek Teknologi
Profesi yang juga tetap harus bekerja dari kantor juga ada HRD perusahaan. Seorang staf HRD Honda Cibubur, Permatasari mengatakan dirinya tetap masuk kerja selama masa pandemi hingga sekarang. Kantornya yang merupakan dealer mobil itu memang tetap melakukan operasional pelayanan terhadap pelanggan secara langsung setiap hari.
“Saya rasa tidak ada perubahan signifikan sejak memasuki masa pandemi karena kantor kita kan pelayanan, perubahan mungkin hanya di jam kerja saja masuk lebih pagi dan pulang lebih awal.”ujar Intan.
Meskipun tetap harus bekerja setiap hari ia tetap menjaga kesehatan dan prokes yang berlaku. Menurutnya kantor tempat ia bekerja pun telah memberi support dengan menjalani prokes yang ketat kepada seluruh karyawan agar terhindar dari penularan COVID-19.
Satu tahun COVID-19 masuknya COVID-19 ke Indonesia, tentunya semua lapisan masyarakat hingga pemerintah dan Satgas COVID-19 memiliki harapan yang sama agar tidak ada peringatan dua tahun pandemi corona di Indonesia.**(RW)