Topcareer.id – Di era digital ini, orang-orang lebih suka melakukan komunikasi melalui aplikasi pesan singkat dibandingkan berkomunikasi melalui panggilan.
Salah satu aplikasi yang paling sering digunakan adalah WhatsApp. Meski sangat popular, ternyata WhatsApp menjadi aplikasi dengan tingkat penyebaran hoaks paling masif di Indonesia, terutama mengenai permasalahan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Jenny Ratna Suminar dan dosen Fikom Unpad lainnya, Purwanti Hadisiwi.
Baca juga: Cara Jadi Audiolog dan Keterampilan yang Dibutuhkan
“Penelitian saya berangkat dari fenomena kehidupan keseharian banyak orang. WhatsApp paling masif penggunaannya, sehingga peredaran informasi termasuk komunikasi kesehatan kenyataannya itulah yang terbanyak. Jika tidak disaring, pengguna akan rentan mendapat informasi bohong atau hoaks,” ungkap Jenny.
Hoaks kesehatan, Jenny menambahkan sangat mudah dipercayai oleh pengguna media sosial. Apalagi oleh kelompok usia 40 tahun ke atas atau biasa disebut kelompok baby boomers atau digital immigrant di media sosial.
“Kelompok ini rentan menelan beragam informasi kesehatan dengan mentah. Padahal, informasi tersebut belum tentu benar. Kurangnya literasi penggunaan media sosial yang baik akan mudah memicu hoaks ini menyebar luas,” ujarnya.
Kemampuan literasi yang kurang, ditambah dengan tidak melakukan konfirmasi akan kebenaran informasi inilah yang mendorong orang gampang percaya dan kembali menyebarkan hoaks tersebut ke grup WhatsApp lainnya.**(Feb)