Topcareer.id – Studi yang dilakukan oleh tim peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menemukan bahwa 48,7% mahasiswa kedokteran di Indonesia bersedia untuk menjadi sukarelawan dalam membantu selama pandemic berlangsung.
Studi yang dipublikasi dalam jurnal internasional, BMC Medical Education pada tanggal 1 Maret 2021 itu menyebut, sayangnya hanya 18,6% saja dari total seluruh mahasiswa yang siap untuk membantu dalam praktik kesehatan secara langsung pada pasien.
Hasil penelitian di Indonesia ini sesuai dengan studi serupa yang telah dilakukan di negara lain seperti di Irlandia dan Jerman yang melaporkan kesediaan yang tinggi namun kesiapan yang rendah pada mahasiswa kedokteran.
“Menurut penelitian, mahasiswa kedokteran memiliki jiwa sosial yang tinggi dan siap untuk membantu, namun sebelumnya harus dipersiapkan dengan matang agar tidak menambah jumlah kasus nantinya,” kata Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam menyampaikan dalam siaran pers, dikutip Selasa (20/4/2021).
Dari penelitian, ditemukan bahwa responden dengan faktor-faktor seperti jenis kelamin laki-laki, memiliki pengalaman menjadi sukarelawan, berkuliah di universitas negeri, atau tinggal di Wilayah Indonesia Tengah memiliki tingkat kesediaan dan kesiapan yang lebih tinggi dibandingkan responden lainnya.
Didapatkan pula bahwa alasan yang meningkatkan kesediaan untuk menjadi pekerja sukarela adalah kurangnya tenaga kesehatan, kesadaran pribadi untuk mengabdi, serta permohonan untuk mengabdi dari pemerintah atau pemangku kepentingan berkolerasi positif dengan kesediaan untuk mengabdi.
Baca juga: 3 Pelajaran Kewirausahaan Dari Bruce Lee
“Di samping itu, alasan yang menyebabkan mahasiswa menjadi ragu untuk menjadi sukarelawan adalah khawatir dengan kesehatan pribadi, tidak adanya obat yang efektif, serta khawatir akan merugikan pasien,” tulis rilis tersebut.
Keikutsertaan mahasiswa kedokteran dalam penanganan pandemi menjadi isu etis yang melanda dunia pendidikan kedokteran, terutama selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.
Tingginya beban kerja yang dihadapi para tenaga kesehatan, disertai dengan terus meningkatnya jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19, telah melumpuhkan sistem kesehatan di Indonesia.
Banyak yang beranggapan bahwa mahasiswa kedokteran dapat menjadi tenaga bantuan yang sesuai dalam kondisi darurat ini. Beberapa negara telah mengintegrasikan penanganan Covid-19 ke dalam kurikulumnya.
Namun tidak sedikit pula negara yang membatasi keikutsertaan peserta didik dengan mengurangi atau meniadakan paparan terhadap pasien bagi peserta didik, terutama pada tahap profesi yang sehari-harinya beraktivitas di fasilitas kesehatan.
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode survei potong lintang dengan sasaran mahasiswa kedokteran di Indonesia. Data diperoleh melalui metode daring menggunakan Google Forms dari 13 Juli 2020 hingga 11 Oktober 2020.