Topcareer.id – Membeli baju baru adalah sebuah kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia menjelang lebaran. Memasuki puasa minggu kedua dan ketiga orang-orang mulai pergi ke tempat perbelanjaan untuk sekedar membeli baju yang nantinya dipakai saat bersilaturahmi dengan keluarga maupun teman-teman.
Sayangnya, tahun ini kegiatan membeli baju baru tersebut tak bisa dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya, mengingat saat ini kita masih berada di masa pandemi Covid-19.
Hal ini juga dibenarkan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. Dimana ia mengimbau agar masyarakat tidak berbondong-bondong mendatangi pusat-pusat perbelanjaan, karena dapat menimbulkan kerumunan dan berpotensi memicu klaster penularan.
“Masyarakat dapat memilih opsi berbelanja yang lebih aman yaitu dengan memanfaatkan kemajuan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), yaitu berbelanja online untuk meminimalisir terpapar virus Covid-19,” ujarnya di Graha BNPB, Selasa (4/5/2021).
Himbauan ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan pengamatan 3 minggu terakhir, ada 6 provinsi dengan kenaikan mobilitas ke pusat perbelanjaan tertinggi di Indonesia.
Mulai dari Gorontalo (58%), Maluku Utara (57%), Sulawesi Tenggara (55%), Sumatera Barat (53%), Kalimantan Utara (47%) dan Provinsi Aceh (41%).
“Kenaikan mobilitas berdasarkan data ini, dikhawatirkan akan diikuti kenaikan kasus, sebagaimana pengalaman serupa pada waktu sebelumnya,” tambahnya.
Baca juga : Jerinx Minta Masyarakat Setop Hakimi Warga yang Belanja Baju Lebaran
Untuk menghindari masalah ini, Prof Wiku meminta agar pemerintah daerah dapat menyusun mekanisme aktivitas sosial dan ekonomi yang dapat dengan mudah diawasi pergerakannya.
Tujuannya, hanyalah demi mencegah kerumunan maupun interaksi fisik yang dapat menjadi cara penularan Covid-19 yang lebih masif.
“Untuk menjamin sistem yang dibuat dapat dijalankan dengan baik maka buatlah satuan tugas khusus untuk melakukan pembinaan di lapangan,” saran Wiku.
Sebagai penutup, Prof Wiku menegaskan meski momen belanja lebaran adalah momen suka cita dimana banyak berkah yang didapatkan masyarakat. Seperti pembagian tunjangan hari raya (THR), maupun bertebarannya peluang untuk berbelanja dengan potongan harga yang besar. Dan secara pola umumnya, berdampak memperbaiki ekonomi nasional bahkan mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat.
Namun perlu diingat bahwa Indonesia belum keluar dari pandemi Covid-19, sehingga ancaman penularan masih ada dan nyata. Untuk itu hal terbaik yang bisa dilakukan ialah melakukan segala aktivitas dengan terkendali agar produktivitas sosial ekonomi masyarakat berkembang ke arah yang lebih baik.
“Dari data ini kita dapat bersama-sama belajar bahwa sektor sosial dan ekonomi sangat berkaitan dan cara bijak untuk mampu mencapai hasil yang baik pada kedua sektor tersebut. Melalui kebijakan gas-rem yang berlandaskan fakta dan data yang ada,” pungkasnya.**(Feb)