TopCareerID

Berlebihan Kerja Saat WFH Timbulkan Banyak Masalah

Ilustrasi Introvert. Honest Docs

Ilustrasi Introvert. Honest Docs

Topcareer.id – Pergeseran ke sistem kerja jarak jauh atau kerja di rumah selama pandemi seharusnya menguntungkan keseimbangan kehidupan kerja bagi karyawan. Tetapi sayangnya, pekerja menghabiskan lebih banyak waktu bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19 daripada di kantor.

Yang perlu diingat, masalah overworking ini sering menghampiri para pekerja remote. Mereka bahkan beberapa suka terlihat lebih sibuk dibanding rekan kerja lain.

Masalah 1: Terlihat sibuk berbeda dengan sibuk

Kamu mungkin berpikir bekerja lebih lama adalah cara untuk menunjukkan kepada perusahaan bahwa kamu berkomitmen, tetapi itu tidak selalu menguntungkanmu atau mereka.

Penelitian telah menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja lebih dari 55 jam seminggu secara substansial meningkatkan risiko kematian dibandingkan dengan pekerja yang memiliki minggu kerja 40 jam.

Di Amerika Serikat (AS) sendiri, pekerja selama pandemi meningkatkan hari kerja mereka hampir 40%, atau tambahan tiga jam per hari. Itu berarti orang Amerika bekerja 11 jam sehari, yang jauh lebih banyak daripada yang dilakukan pekerja di kantor.

Baca juga: Cara Meningkatkan Soft Skill Di Tempat Kerja (Bagian 2)

Bagi mereka yang percaya bahwa tersedia 24/7 untuk kantor adalah tanda komitmen, pertimbangkan ini: Produktivitas turun tajam setelah 50 jam kerja per minggu (dan terlebih lagi ketika melampaui 55 jam); ketekunanmu untuk tetap terhubung tidak menguntungkan siapa pun.

Masalah 2: Itu tidak menghemat biaya dan benar-benar membebani majikan

Harvard Business Review menciptakan fenomena “presenteeism.” Ini mengacu pada saat karyawan muncul untuk bekerja meskipun tidak dalam kondisi terbaiknya. Entah itu karena sakit, kurang fokus, atau kondisi medis lainnya, produktivitas menurun ketika pekerja tidak sepenuhnya berada di sana. Dan presenteeism dapat membebani perusahaan:

Pekerja yang lelah dapat membebani pemberi kerja sekitar USD1.200 hingga USD3.100 per karyawan karena kinerja pekerjaan yang menurun setiap tahun. Itu berarti hilangnya produktivitas USD136 miliar per tahun.

Karyawan yang bekerja tapi dalam kondisi sakit membebani majikan sekitar USD150 miliar hingga USD250 miliar.

Pekerja telah mengabaikan rencana liburan, terutama selama pandemi. Ini memaksa perusahaan untuk mempertimbangkan membayar karyawan langsung untuk mematikan laptop mereka dan mengisi ulang dengan liburan. Tidak mengambil cuti tidak baik untuk kesehatanmu; itu juga membebanimu secara finansial.

Memperbaiki presenteeism dimulai dengan menawarkan kelonggaran bagi semua karyawan. Jika manajer tidak merasa baik, mereka harus tinggal di rumah dan tidak bekerja karena sakit.**(RW)

Exit mobile version