TopCareerID

Survei: Fleksibilitas Kerja Tingkatkan Kesehatan Secara Signifikan

Dok/FlexJobs

Topcareer.id – Ada sejumlah alasan mengapa pekerja lebih menginginkan kerja fleksibel atau kerja dari rumah. Mungkin mereka ingin menghilangkan waktu pulang pergi ke kantor, tinggal lebih dekat dengan keluarga atau meningkatkan produktivitas.

Tetapi apa yang mungkin tidak mereka sadari adalah bahwa pekerjaan yang fleksibel dapat berdampak positif pada hubungan, kesehatan mental, dan kemampuan mereka untuk menghadapi keadaan sulit.

Dampak Kerja Fleksibel pada Kesehatan Mental

Survei Work-Life-Relationship FlexJobs baru-baru ini bertanya kepada 3.900 orang tentang bagaimana pekerjaan memengaruhi kesehatan pribadi, tingkat stres, keseimbangan kehidupan kerja, dan hubungan keluarga dan romantis mereka.

Dari kelompok responden ini, 2.100 orang mengidentifikasi diri mereka memiliki penyakit mental, seperti kecemasan atau depresi. Sebagian besar dari kelompok itu—84%—melaporkan bahwa memiliki pekerjaan yang fleksibel akan membantu mereka mengelola kesehatan mental mereka dengan lebih baik.

Selain itu, 35% dari total 3.900 responden mengatakan mereka harus istirahat dari pekerjaan karena keadaan pribadi yang sulit (yaitu, kematian, perceraian, penyakit fisik atau mental yang serius pada diri mereka sendiri atau orang yang dicintai, dll). Dari mereka, 88% mengatakan bahwa jika pekerjaan mereka menawarkan fleksibilitas selama situasi tersebut, mereka akan dapat tetap bekerja.

Baca juga: Pekerjaan Terbaik Untuk Pemikir Otak Kiri

Hasil survei FlexJobs menunjukkan bahwa pengaturan kerja yang fleksibel dapat berdampak positif tidak hanya pada pengelolaan kesehatan mental, tetapi juga meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja, kesehatan fisik, hubungan romantis, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Berikut adalah hasil surveinya.

54% responden dengan opsi kerja fleksibel mengatakan keseimbangan kehidupan kerja mereka baik atau sangat baik, dibandingkan dengan hanya 29% responden tanpa opsi kerja fleksibel yang melaporkan hal yang sama.

21% responden dengan pilihan pekerjaan yang fleksibel mengatakan bahwa mereka saat ini tertekan oleh tingkat keseimbangan kehidupan kerja mereka, sementara lebih dari dua kali lipat (43%) bekerja tanpa pilihan yang fleksibel mengatakan hal yang sama.

35% dengan pilihan kerja yang fleksibel mengatakan “Kebiasaan kerja bos saya membuat keseimbangan kehidupan kerja menjadi mudah bagi saya,” dibandingkan dengan hanya 14% dari mereka yang tidak memiliki pilihan kerja yang fleksibel.

Baca Juga: Profesor Standford sebut Para Orangtua Tidak Boleh WFH, Ini Alasannya

27% dengan pilihan kerja yang fleksibel mengatakan “Kebiasaan bos saya membuat keseimbangan kehidupan kerja sulit bagi saya,” tetapi 40% dari mereka yang tidak memiliki pilihan kerja yang fleksibel mengatakan kebiasaan bos mereka membuat keseimbangan kehidupan kerja sulit bagi mereka.**(RW)

Exit mobile version