Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 25, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

CDC Ungkap Efek Samping Vaksin COVID-19

Ilustrasi vaksin. Dok/Kaspersky

Topcareer.id – Tak bisa dipungkiri, ada beberapa kelompok masyarakat yang enggan melakukan vaksinasi COVID-19. Hal ini tak terlepas dari kekhawatiran mereka terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin itu sendiri.

Belum lama ini Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pun memberikan informasi terbaru tentang kejadian buruk yang mungkin terjadi setelah melakukan vaksinasi.

Anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian. Beberapa gejala diantaranya ruam gatal, pembengkakan tenggorokan, dispnea, muntah, kepala terasa ringan, dan tekanan darah rendah.

Anafilaksis setelah vaksinasi COVID-19 jarang terjadi. Namun ada kasus yang terjadi di Amerika Serikat bahwa terjadi pada sekitar 2-5 orang per satu juta yang divaksinasi. Jika ini terjadi, penyedia vaksinasi dapat secara efektif mengambil tindakan dan segera mengobati reaksi tersebut.

Trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS)
Trombosis dengan TTS setelah vaksinasi Johnson & Johnson Janssen (J&J/Janssen) COVID-19 jarang terjadi. Dari 15,2 juta dosis Vaksin J&J/Janssen COVID-19 telah diberikan di Amerika Serikat, CDC dan FDA mengidentifikasi baru ada 47 laporan yang dikonfirmasi tentang orang-orang yang mendapatkan Vaksin J&J/Janssen COVID-19 dan kemudian mengembangkan TTS. Meski jarang ditemukan, wanita berusia 50 tahun ke bawah harus tetap waspada terhadap risiko ini.

Guillain-Barre Syndrome (GBS)
CDC dan FDA sedang memantau laporan Guillain-Barre Syndrome (GBS) pada orang yang telah menerima Vaksin J&J/Janssen COVID-19. GBS adalah kelainan langka di mana sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel saraf, menyebabkan kelemahan otot dan terkadang kelumpuhan.

Kebanyakan orang pulih sepenuhnya dari GBS, tetapi beberapa mengalami kerusakan saraf permanen. Setelah lebih dari 15,2 juta dosis Vaksin J&J/Janssen COVID-19 diberikan, ada sekitar 233 laporan awal GBS yang diidentifikasi di VAERS per 13 Oktober 2021.

Kasus-kasus ini sebagian besar telah dilaporkan sekitar 2 minggu setelah vaksinasi dan sebagian besar pada pria, berusia 50 tahun ke atas. CDC pun mengatakan akan terus memantau dan mengevaluasi laporan GBS yang terjadi setelah vaksinasi COVID-19 dan akan mengupdate informasi terbaru.

Baca juga: Pemerintah Bersiap Lakukan Pembatasan Mobilitas di Libur Nataru

Miokarditis dan perikarditis
Miokarditis atau peradangan dinding otot jantung dan perikarditis atau peradangan dari perikardium setelah vaksinasi COVID-19 jarang terjadi. Hingga 13 Oktober 2021, VAERS telah menerima 1.638 laporan miokarditis dan perikarditis di antara orang berusia 30 tahun ke bawah yang menerima vaksin COVID-19.

Sebagian besar kasus telah dilaporkan setelah vaksinasi mRNA COVID-19 (Pfizer-BioNTech atau Moderna), terutama pada remaja pria dan dewasa muda. Melalui tindak lanjut, termasuk tinjauan rekam medis, CDC dan FDA telah mengkonfirmasi 945 laporan tentang miokarditis atau pericarditis dan kini sedang menyelidiki laporan ini untuk menilai apakah ada hubungan dengan vaksinasi COVID-19.

Kematian
Lebih dari 408 juta dosis vaksin COVID-19 diberikan di Amerika Serikat dari 14 Desember 2020 hingga 18 Oktober 2021. Selama waktu tersebut, VAERS menerima 8.878 laporan kematian (0,0022%) di antara orang-orang yang menerima COVID-19 vaksin.

Dalam implementasinya, FDA pun mewajibkan penyedia layanan kesehatan untuk melaporkan kematian apapun setelah vaksinasi COVID-19 kepada VAERS, meskipun tidak jelas apakah vaksin itu penyebabnya.

Laporan efek samping kepada VAERS setelah vaksinasi, termasuk kematian, tidak selalu berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan.

Meski demikian yang perlu diingat, tidak selalu berarti vaksin Covid-19 ini menyebabkan masalah kesehatan, terutama kematian. Hal ini dibuktikan oleh negara kita sendiri yakni Indonesia. Dimana sampai saat ini tidak ada laporan yang meninggal karena melakukan vaksinasi COVID-19**(Feb)

the authorSherley Agnesia

Leave a Reply