Topcareer.id – Siapa sangka hanya dengan menjual peti mati, pria bernama Purwanto bisa meraup untung hingga miliaran rupiah dan mempekerjakan kurang lebih 100 orang di pabriknya yang berlokasi di Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah.
“Saya memulai bisnis ini pada tahun 2002. Permintaannya terus naik dari tahun ke tahun. Apalagi setelah kami mendapat pendampingan dan pembinaan, juga dibantu mencari pasar dan permodalan,” ujar Purwanto pada Jumat (14/1/2022).
Berkat kegigihannya, peti yang dibuat dari bahan ramah lingkungan ini, mulai dari rotan, eceng gondok, mendong, rami, pelepah pisang, dan aneka bahan alam lain yang ramah lingkungan ini pun bisa tembus ke pasar Eropa.
“Produk seperti itu diminati pasar Eropa hingga Amerika Serikat, negara-negara yang kesadaran terhadap lingkungannya relatif sudah tinggi. Kayu-kayu sebagai rangka penguat peti menggunakan kayu yang sudah memiliki sertifikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu), sebagai syarat untuk bisa masuk ke pasar Eropa,” jelasnya.
Purwanto pun mengatakan bisnis ekspor peti jenazah ini bermula saat ia mulai bergabung dengan Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Indonesia (APIKRI) dan terbentuknya Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Dari situlah ia setiap bulannya dituntut untuk memproduksi setidaknya 3 kontainer berisi peti mati untuk dikirim ke luar negeri.
Baca juga: Kemenkes Perintahkan Pelaksanaan Vaksinasi Booster di Semua Wilayah
“Tiap kontainer bisa memuat 80 peti, sehingga tiap bulan setidaknya terjual 240 buah peti,” tambahnya.
Menurut Corporate Secretary LPEI Chesna F. Anwar, ekspor perdana dilakukan ke Belanda pada tahun 2019 dengan nilai sekitar Rp150 Juta, lalu disusul ekspor ke Amerika Serikat.
“Sekarang ini, jika dihitung rata-rata per bulan di ekspor 3 kontainer senilai Rp450 Juta, maka dalam setahun ekspornya mencapai lebih dari Rp5 Miliar,” tuturnya.
Yang lebih menggembirakan lagi, lanjut Chesna, selain pekerja langsung yang terserap meningkat, para pengumpul eceng gondok, pelepah pisang, sampai dengan tukang pembuatnya pun ikut menikmati manisnya bisnis peti ini.
“Ini bisnis yang prospeknya menjanjikan. Apalagi pasar luar negeri mencari produk ramah lingkungan, termasuk memikirkan persiapan ketika kelak menutup usia, maka mereka membutuhkan peti,” pungkasnya.
Chesna pun mengatakan, lembaganya akan berkomitmen untuk membukakan pasar yang lebih luas bagi pengrajin, termasuk menyediakan permodalan untuk pengembangan usaha ini.**(Feb)