Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Sosok

Mengenal Astronot Pertama Indonesia, Pratiwi Soedarmono

Topcareer.id – Tahukah kamu bahwa Indonesia sebetulnya punya astronot yang siap menjalani misi ke luar angkasa bersama Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA)?

Ya, Dia adalah Pratiwi Pujilestari Sudarmono atau dikenal dengan Pratiwi Sudarmono.

Beliau adalah seorang pakar mikrobiologi yang pernah dipersiapkan menjadi astronot pertama Indonesia pada tahun 1986.

Bagi kamu yang belum mengenal beliau bagaimana profilenya dan apa saja yang sudah dilakukan, baca terus artikel ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang Pratiwi Soedarmono.

Mengenal lebih dalam Pratiwi Soedarmono
Pratiwi sebetulnya sudah ditunjuk oleh NASA sejak tahun 1985 untuk menjadi astronot dan mendapat jadwal terbang tahun 1986.

Namun sayang, pesawat ulang-alik Challenger meledak beberapa bulan sebelum keberangkatannya, hal ini menyebabkan dia gagal mengangkasa.

Tepatnya 28 Januari 1986, pesawat ulang alik Challenger yang membawa misi lain, yaitu STS-51-L meledak di udara.

Musibah itu menyurutkan program ulang-alik Amerika selama hampir tiga tahun.

Hal ini juga membuat program antariksawan asing yang hendak mengikuti jadwal penerbangan ulang-alik telantar, termasuk program yang diikuti Pratiwi.

Awalnya Pratiwi akan terbang pada Juni 1986 bersama astronot Inggris untuk mengawal peluncuran satelit Palapa dan mengerjakan eksperimen ilmiah.

Kala itu program astronot Inggris langsung bubar setelah bencana Challenger.

Namun, program antariksawan Indonesia masih terus berjalan hingga beberapa tahun setelah kecelakaan itu, tetapi statusnya menggantung.

Hingga 5 tahun lebih Pratiwi masih kerap mendapat pertanyaan dari wartawan dan awak media tentang kapan dia akan terbang.

Sayang sekali setelah 5 tahun kecelakaan itu daftar nama calon astronot Indonesia sudah tak ada lagi dalam list NASA.

Meja yang dulu pernah tersedia untuk calon astronot Indonesia di Houston, juga sudah tak ada lagi hingga sekarang.

Tetapi Pratiwi tetap berusaha menjaga kebugarannya untuk memenuhi tingkatan tertentu, sebab secara resmi program itu belum dinyatakan bubar.

Profil Pratiwi Sudarmono
Pratiwi lahir di Bandung, 31 Juli 1952. Dia merupakan anak sulung dari 6 bersaudara.

Dirinya telah memiliki minat yang besar mengenai tata surya dan antariksa sedari kecil.

Pratiwi menyelesaikan sekolah di SD St. Joseph pada tahun 1964, SMP St. Angela (1967) dan di SMA Putri Tarakanita Jakarta (1970).

Setelah lulus SMA, Pratiwi melanjutkan pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus pada 1976.

Kemudian ia melanjutkan studi dan penelitiannya di Research Institutefor Microbial Diseases di Osaka University, Jepang.

Sampai akhirnya dia mendapat brevet keahlian dalam bidang mikrobiologi klinik pada tahun yang sama.

Prestasinya tak hanya itu, Pratiwi juga menjadi wanita Indonesia pertama yang mendapatkan gelar doktor (Ph.D.) di bidang kedokteran dari Jepang.

Pratiwi Sudarmono banyak menerima berbagai penghargaan, salah satunya penghargaan GE Indonesia Recognition for Inspiring in STEM award tahun 2019.

Sepanjang tahun 90 an, ia banyak menghabiskan waktu di laboratorium yang dikembangkan oleh dana Bantuan Presiden.

Pratiwi sering menyebutnya sebagai “laboratorium indah”. Banyak riset ia lakukan di laboratorium itu, seperti pengembangan kit diagnostik untuk demam berdarah.

Dia pun aktif dalam kegiatan manajemen birokrasi.

Kini Pratiwi Sudarmono mengabdikan diri menjadi guru besar atau profesor kehormatan ilmu mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Baca juga: Untuk Kali Pertama, Badan Antariksa Eropa akan Pekerjakan Astronot Disabilitas

Kerjasama Indonesia-NASA tunjuk Pratiwi sebagai astronot
Tahun 1985 pemerintah Indonesia bekerja sama dengan NASA (National Aeronautics and Space Administration).

Dalam kerja sama tersebut Pratiwi menjadi ilmuwan wakil Indonesia yang terpilih oleh NASA melalui beragam seleksi ketat.

Pratiwi saat itu menjadi satu-satunya calon astronot perempuan Indonesia.

Namun ia tak sendiri, Pratiwi ditemani salah satu kandidat astronot Indonesia lain, yaitu Taufik Akbar, seorang insinyur telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Taufik menjadi awak cadangan untuk misi peluncuran STS-61-H di Amerika Serikat.

Misi Wahana Antariksa atau Space Shuttle rencananya menuju luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik Columbia pada 24 Juni 1986.

Misi tersebut tujuannya untuk mengirim tiga satelit komersial, yaitu Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S.

Meskipun tak jadi terbang akibat peristiwa meledaknya pesawat ulang-alik Challenger, Pratiwi berkesempatan menjalani penelitian di komplek NASA.

Dia juga sempat mengikuti pelatihan astronot dan mempelajari struktur luar kendaraan luar angkasa.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply