Topcareer.id – Beberapa penelitian telah menunjukkan perubahan gaya hidup yang dilakukan individu untuk mencegah kehilangan ingatan, seperti menjaga stres dan gula darah tetap rendah, serta tidak merokok.
Tetapi, sebuah studi baru menunjukkan dengan tepat faktor risiko potensial untuk kehilangan ingatan yang tidak dapat dihindari yakni golongan darah.
Studi ini didukung oleh National Institutes of Health dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS dan diterbitkan dalam jurnal Neurology.
Jenis darah yang dimiliki setiap individu tergantung pada ada atau tidaknya protein tertentu – yang disebut antigen – dalam sel darah merah.
Golongan darah ini diturunkan dari orang tua kita. Ada empat golongan darah utama: tipe A, tipe B, tipe AB dan tipe O.
Selain itu, jika zat yang disebut faktor Rh muncul di permukaan sel darah merah, seseorang dianggap Rh+ (positif).
Tipe O+ adalah golongan darah yang paling umum, sedangkan AB- adalah yang paling tidak umum.
Tidak semua suku bangsa memiliki proporsi golongan darah yang sama.
Misalnya, orang Hispanik (Amerika dan Latin) memiliki jumlah golongan darah O yang tinggi, sedangkan orang Asia memiliki jumlah golongan darah B yang tinggi.
Menurut penulis studi ini yang dipimpin oleh Dr. Mary Cushman dari University of Vermont College of Medicine di Burlington, golongan darah AB hanya ditemukan pada sekitar 4% populasi AS.
Orang dengan golongan darah AB lebih mungkin daripada tipe lain untuk mengembangkan masalah pikiran dan memori yang dapat menyebabkan demensia.
Mereka mencatat bahwa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah O memiliki risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih rendah, namun ini merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko kehilangan memori dan demensia.
Baca juga: Ini Alasan Pentingnya Mengetahui Golongan Darah
Hubungan antara masalah pembuluh darah dan kesehatan otak
Untuk melakukan studi mereka, para peneliti menggunakan data dari yang lebih besar yang disebut Studi REGARDS, yang merupakan singkatan dari REAsons for Geographic And Racial Differences in Stroke.
Penelitian ini diikuti oleh 30.000 orang selama sekitar 3-4 tahun.
Mereka yang terlibat dalam penelitian ini tidak memiliki masalah memori pada awalnya.
Para peneliti menunjuk 495 peserta yang mengembangkan masalah pemikiran dan memori atau gangguan kognitif selama penelitian.
Para peserta ini kemudian dibandingkan dengan 587 orang yang tidak mengalami kesulitan kognitif.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang bergolongan darah AB merupakan 6% dari kelompok yang mengalami gangguan kognitif.
Mengomentari studi mereka, Dr. Cushman mengatakan:
“Studi kami melihat golongan darah dan risiko gangguan kognitif, tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes meningkatkan risiko gangguan kognitif dan demensia.”
Golongan darah juga terkait dengan kondisi pembuluh darah lainnya, seperti stroke, sehingga temuan ini menyoroti hubungan antara masalah pembuluh darah dan kesehatan otak.
Tim juga melihat kadar protein darah yang membantu pembekuan darah, yang disebut faktor VIII yang dikaitkan dengan risiko gangguan kognitif dan demensia yang lebih tinggi.
Mereka yang berada dalam penelitian dengan kadar protein yang lebih tinggi memiliki kemungkinan 24% lebih besar untuk mengembangkan masalah pemikiran dan memori selama penelitian dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar lebih rendah.
Selain itu, peserta dengan golongan darah AB memiliki tingkat faktor VIII yang lebih tinggi daripada orang-orang dari semua golongan darah lainnya.
Meskipun temuan mereka menarik, Dr. Cushman memperingatkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini.**(Feb)