Topcareer.id – Persaingan pasar kerja semakin ketat. Hal ini membuat perekrutan berbasis keterampilan semakin populer di kalangan perusahaan dibanding perekrutan berbasis kualifikasi formal seperti gelar pendidikan.
Wakil Presiden dan Kepala Kebijakan Publik Global di LinkedIn, Sue Duke mengatakan bahwa banyak perusahaan masih berjuang mengisi peran yang kosong dan cara mereka saat ini melakukan perekrutan saat ini semakin menantang.
“Kesulitan yang kami hadapi saat kami berjuang untuk mengisi peran, menghadapi perubahan ekonomi, dan menciptakan tenaga kerja yang beragam dan tangguh hanya akan tumbuh kecuali kami mengubah pendekatan kami untuk menemukan dan memelihara bakat,” kata Duke dikutip dari CNBC Make It.
Salah satu cara perusahaan mengubah pendekatan mereka adalah dengan lebih berfokus pada keterampilan, daripada kualifikasi seperti gelar sarjana atau pengalaman kerja sebelumnya.
Menurut data LinkedIn, 45% perusahaan sekarang secara eksplisit menggunakan metrik terkait keterampilan untuk menemukan kandidat, 12% lebih banyak dari tahun lalu.
Duke menyampaikan, merekrut karyawan berdasarkan keterampilan dapat memiliki berbagai manfaat baik bagi pekerja maupun pemberi kerja.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa pendekatan yang mengutamakan keterampilan dapat meningkatkan kumpulan bakat global hingga hampir sepuluh kali lipat. Dan kumpulan bakat yang lebih besar berarti lebih sedikit persaingan dengan perusahaan lain untuk kandidat yang sama,” ujarnya.
Baca juga: Kementerian PANRB Buka Loker Tenaga Ahli, Ini Syarat Yang Dibutuhkan
Tetapi manfaatnya dianggap melampaui perluasan jumlah kandidat yang tersedia.
Menurut Workday’s Pell, organisasi berbasis keterampilan jauh lebih mungkin mengungguli rekan tradisional mereka dalam hal inovasi, efisiensi, dan kemampuan beradaptasi.
Tren ini didorong oleh artificial intelligence baru dan produk maschine learning, kata Pell, karena dapat membantu perusahaan mengidentifikasi kandidat yang tepat.
Manfaat utama lainnya bagi pekerja dan pemberi kerja adalah perekrutan berbasis keterampilan dapat menjadi sangat penting untuk membangun tenaga kerja yang lebih beragam.
“Ini menyamakan kedudukan bagi pekerja yang mungkin terabaikan, termasuk orang-orang yang belum kuliah atau menyelesaikan universitas, wanita, dan generasi muda,” ujar Duke.
“Misalnya, dalam pekerjaan di mana perempuan kurang terwakili, proporsi perempuan dalam talent pool bisa meningkat 24% lebih banyak daripada laki-laki, yang menyebabkan lebih banyak perempuan yang dipekerjakan,” katanya.
Menurut Duke, ini juga meningkatkan peluang bagi pencari kerja, serta membuat proses lamaran kerja lebih transparan.