TopCareer.id – Perusahaan produsen peralatan rumah tangga dan wadah plastik yang produk-produknya terkenal di Indonesia, Tupperware, dilaporkan tengah mengajukan bangkrut.
Tupperware Brands Corp. dan beberapa anak perusahaannya mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 pada Selasa waktu setempat.
Perusahaan menyerah pada menurunnya permintaan terhadap wadah penyimpanan yang ikonik ini, serta meningkatnya kerugian finansial, seperti dilansir Reuters.
Perusahaan juga harus berjuang usai dorongan terhadap penjualan mereka di masa pandemi terjadi secara singkat, karena peningkatan aktivitas masak di rumah mengerek permintaan untuk wadah plastik mereka.
Baca Juga: The Body Shop Bangkrut, Tutup Toko di AS dan Kanada
Lonjakan biaya bahan baku pascapandemi seperti resin plastik, ditambah untuk tenaga kerja dan pengiriman, makin menekan margin perusahaan.
“Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang,” kata Chief Executive Officer Laurie Goldman dalam siaran pers, dikutip Rabu (18/9/2024).
Laporan Bloomberg, perusahaan berencana mengajukan perlindungan kebangkrutan, setelah melanggar ketentuan utangnya dan meminta bantuan penasehat hukum dan keuangan.
Perusahaan mencatatkan estimasi aset sebesar USD 500 juta sampai 1 miliar dan estimasi liabilitas sebesar USD 1 sampai 10 miliar, menurut pengajuan kebangkrutan di Pengadilan Kepailitan Amerika Serikat untuk Distrik Delaware.
Sejak kuartal tiga 2021, Tupperware telah berusaha membalikkan keadaan bisnisnya selama sekitar empat tahun, setelah melaporkan penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut.
Penurunan ini dikarenakan inflasi yang ketat terus menghambat basis konsumen berpenghasilan rendah dan menengah.
Baca Juga: Media Gaul Anak Muda, Vice Nyatakan Kebangkrutan
Mengutip CNA, persiapan bangkrut ini menyusul negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware dan para pinjamannya, mengenai cara mengelola utang dengan nilai lebih dari USD 700 juta.
Pada bulan Maret, perusahaan memperingatkan bahwa mereka tidak yakin bisnisnya dapat terus berjalan dan menghadapi krisis likuiditas.
Tupperware didirikan tahun 1946 oleh ahli kimia Earl Tupper.
Popularitasnya meledak di 1950-an, saat para wanita dari generasi pascaperang mengadakan “Tupperware Party” dengan menjual wadah penyimpanan makanan, saat mereka memperjuangkan pemberdayaan dan kemandirian.