Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tuesday, December 3, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Waspada, Cuaca Ekstrem Mengintai di Libur Nataru 2024/2025

Ilustrasi cuaca ekstrem hujan. (Gambar oleh gaborszoke dari Pixabay)

TopCareer.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama masa Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, kondisi ini dipicu oleh sejumlah faktor. Di antaranya fenomena La Nina yang berdampak pada potensi penambahan curah hujan hingga 20 sampai 40 persen.

Mengutip siaran pers, Kamis (28/11/2024), Dwikorita mengatakan, fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025.

Selain itu, ada juga dinamika atmosfer lain yang diprediksi aktif bersamaan di masa Nataru, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge.

Keduanya bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, yang juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Waspada Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi

“Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025,” kata Dwikorita.

Imbauan ini juga ditujukan pada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan.

Dwikorita menjelaskan, fenomena cold surge bisa memicu gelombang tinggi di laut, sehingga membahayakan keselamatan saat aktivitas pelayaran/penyeberangan, serta penangkapan ikan.

“Peringatan dini ini disampaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut,” kata Dwikorita di Jakarta pada Sabtu pekan lalu.

Puncak Musim Hujan 2024/2025

Menurut Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena, hingga pertengahan November 2024 (Dasarian I-II), indeks ENSO (gangguan iklim dari Samudra Pasifik) menunjukkan kecenderungan La Nina lemah.

Sementara, indeks Indian Ocean Dipole (IOD) (gangguan iklim dari Samudra Hindia) menunjukkan nilai IOD negatif menuju netral. Adapun, untuk dinamika perairan Indonesia secara umum, menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat daripada normalnya.

Berdasarkan seluruh hasil monitoring tersebut, dapat disimpulkan terdapat potensi gangguan iklim basah untuk wilayah Indonesia secara umum hingga awal 2025.

Baca Juga: BMKG: Waspada Bencana di Musim Hujan, Jaga Kebersihan Lingkungan

“Secara umum Puncak Musim Hujan 2024/2025 diprediksi terjadi pada Bulan November 2024 hingga Februari 2025,” kata Ardhasena.

Wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada November-Desember 2024 antara lain sebagian Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, dan Kalimantan.

“Sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada periode Bulan Januari-Februari 2025 yaitu wilayah Lampung, Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Papua,” imbuhnya.

Bibit Siklon Tropis

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan, saat ini terdapat bibit siklon tropis 96S di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu dan Bibit Siklon Tropis 99B yang terpantau di Samudra Hindia sebelah barat Aceh.

Kedua bibit siklon tropis tersebut berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap cuaca dan perairan di wilayah Indonesia bagian barat.

Fenomena aktif lainnya yaitu MJO, Gelombang Rossby dan Kelvin. Dalam beberapa pekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, yang bisa disertai kilat/petir dan angin kencang.

Menurut Guswanto, hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

“Untuk itu, kepada pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kesiap-siagaan dengan mengecek kembali sarana dan prasarana kebencanaan yang dimiliki serta melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif agar potensi bahaya bencana bisa diminimalkan,” pungkasnya.

Leave a Reply