TopCareerID

Skor Kesehatan Finansial Turun, Anak Muda RI Sulit Punya Dana Darurat

OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2025 menunjukkan adanya penurunan skor untuk pertama kalinya sejak empat tahun lalu. (TopCareer/Giovani Dio Prasasti)

TopCareer.id – Kebiasaan menabung rutin hingga kesiapan dana darurat di kalangan generasi muda Indonesia tercatat mengalami penurunan.

Hal ini terlihat dalam riset OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2025, yang menyebut bahwa skor kesehatan finansial generasi muda tanah air turun tipis dari tahun lalu.

Adapun, skor kesehatan finansial di riset FFI 2025 yaitu 40,60 dari 41,25 pada tahun 2024.

Dalam konferensi persnya di Jakarta, Jumat (12/9/2025), Jeannette Erena Kristy Tampi, Marketing Communication Division Head OCBC menyebut, turunnya skor FFI ini menjadi alarm bagi masyarakat.

“Penurunan skor FFI ini menjadi wake-up call bahwa di situasi ekonomi seperti apapun, masyarakat perlu mempertahankan kebiasaan finansial mereka yang baik seperti melakukan smart spending dan smart savings di kehidupan sehari-hari,” kata Jeannette.

Baca Juga: Tips Miliki Keuangan yang Sehat untuk Generasi Sandwich

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan turunnya skor tersebut. Tercatat bahwa hanya 89 persen responden yang masin menabung secara rutin. Angka ini turun dari tahun lalu yaitu 92 persen.

Bahkan, hanya 19 persen masyarakat yang menyatakan siap dengan dana darurat apabila kehilangan pekerjaan, turun dari 25 persen tahun lalu.

“Kalau kita bahas in this economy, di mana keadaan tidak menentu, situasi menantang, justru yang harusnya pertama kali kita punya adalah dana darurat,” kata Jeannette.

Temuan lainnya, responden yang bisa mengelola utang tanpa jaminan dengan baik turun dari 97 persen menjadi 93 persen.

Meski begitu, OCBC mencatat adanya sejumlah sinyal positif. 77 persen responden tercatat belum melakukan pencatatan keuangan secara rutin, sehingga angka ini turun dari 81 persen.

Selain itu, kepemilikan dana pensiun meningkat dari 25 persen menjadi 29 persen, menunjukkan kesadaran jangka panjang yang mulai tumbuh, terutama pada generasi sandwich yang ingin memastikan masa depan keluarga tetap aman.

Baca Juga: Survei Baru: Separuh Orang di Dunia Alami Stres Keuangan, Ini Sebabnya

Angka responden yang memiliki investasi kompleks seperti reksa dana, saham, hingga kripto juga naik dari 2 persen ke 4 persen. Sementara, kepemilikan emas batangan naik dari 2 persen ke 6 persen, meski pemahaman tentang instrumen ini masih perlu ditingkatkan.

Dari sisi gaya hidup, riset ini juga menemukan bahwa perilaku konsumtif masyarakat malah mulai terkendali. Responden yang mengaku sering menghabiskan uang demi ikut-ikutan gaya hidup teman turun dari 80 persen ke 76 persen.

Meski angkanya masih tinggi, ini memberikan sinyal bahwa generasi muda sudah mulai sadar bahwa kesenangan bisa dicapai tanpa harus mengorbankan stabilitas finansial.

Baca Juga: Sudah di Level Financial Freedom? Coba Kenali Dulu 7 Tingkatannya

Namun, mindset materialistik tercatat menguat, dengan 40 persen menggambarkan “kesejahteraan” sebagai memiliki rumah mewah (naik dari 33 persen), dan 26 persen mengasosiasikannya dengan mobil mewah (naik dari 22 persen).

Inggit Primadevi, Director Strategic Analytics & Insights NielsenIQ (NIQ) Indonesia menambahkan, kelompok berpenghasilan di atas Rp 40 juta justru mencatat peningkatan skor ke 59,95, atau naik dari 58,72 di 2024, memperlihatkan resiliensi kelompok tersebut.

Namun, kelompok middle income (Rp 8-15 juta) mengalami penurunan ke 44,15, dan kelompok Rp 5-8 juta turun ke 36,76. Tekanan juga paling terlihat di usia 25–29 tahun, baik yang belum ataupun sudah menikah, dengan skor 39,00, turun dari 40,27.

Meski begitu, Inggit melihat adanya sisi positif dari fenomena saat ini.

“Kami melihat adanya kehati-hatian lebih dalam perencanaan keuangan jangka panjang, karena peningkatan kepemilikan investasi jangka panjang berasal dari mereka yang sudah punya kebiasaan menabung secara rutin dan sudah memiliki dana darurat,” kata Inggit.

“Artinya, sebagian anak muda Indonesia yang sudah memiliki kebiasaan finansial dasar yang baik, terus mencari cara untuk lebih sehat finansial menyongsong masa depan,” pungkasnya.

Exit mobile version