Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

LifestyleTren

Kasus Keracunan di MBG Jadi Sorotan, Pakar UGM Beri Tips Penanganannya

Ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis. (bgn.go.id)

TopCareer.id– Kasus keracunan pelajar dalam Makan Bergizi Gratis (MBG) belakangan jadi perhatian. Apalagi, korbannya adalah anak-anak yang jadi sasaran program tersebut.

Guru Besar Mikrobiologi Klinik FK-KMK UGM Tri Wibawa pun mengingatkan orang tua dan tenaga pendidik agar memiliki pengetahuan yang cukup tentang pertolongan pertama dalam menangani keracunan.

Ia menjelaskan, ada perbedaan antara alergi dan keracunan makanan. Keduanya memiliki penyebab dan mekanisme yang sangat berbeda, sehingga penanganannya pun tak sama.

“Alergi makanan merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh yang terjadi segera setelah mengonsumsi makanan tertentu,” kata Tri, dikutip dari laman resmi UGM, Senin (13/10/2025).

Bahkan dalam jumlah kecil, makanan pemicu alergi dapat menyebabkan gejala seperti biduran, pembengkakan saluran pernapasan yang memicu asma, hingga gangguan pencernaan.

Di beberapa kasus, reaksi alergi bisa berujung pada kondisi yang mengancam nyawa, yang dikenal sebagai anafilaksis.

Baca Juga: Waspada dengan 4 Makanan Ini, Sehat tapi Bisa Jadi Sebab Keracunan

Sementara, keracunan makanan bukan disebabkan oleh reaksi sistem imun, melainkan karena masuknya kuman atau zat berbahaya dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi.

“Keracunan makanan biasanya menimbulkan gejala seperti sakit perut, muntah, dan diare, yang muncul beberapa jam hingga hari setelah mengonsumsi makanan tersebut,” Tri menjelaskan.

Menurutnya, sebagian besar kasus keracunan bersifat ringan dan bisa sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, kondisi tertentu bisa berakibat serius jika tidak segera ditangani.

Pada beberapa kasus keracunan, bakteri seperti Salmonella sp dan Escherichia coli (E. coli) memiliki mekanisme yang berbeda dalam menyebabkan keracunan makanan.

Salmonella patogenik dapat bertahan dari asam lambung dan menyerang mukosa usus, memicu peradangan serta luka pada dinding usus.

Baca Juga: Para Ahli Setuju 4 Makanan Ini Kunci Energi yang Lebih Banyak

Sedangkan E. coli penghasil toksin Shiga (Shiga toxin-producing E. coli/STEC) dapat menyebabkan penyakit tular makanan yang parah.

“Meskipun gejalanya mirip, mekanisme penyebabnya berbeda-beda tergantung jenis bakterinya,” kata Tri Wibawa.

Terkait MBG, penanganan pertama yang cepat dan tepat sangatlah penting apabila siswa menunjukkan gejala keracunan makanan. Tri menegaskan, muntah dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.

“Langkah paling penting dalam pertolongan pertama adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang untuk mencegah dehidrasi,” ujarnya.

Selain itu, penderita juga harus banyak minum air putih atau cairan dengan suplemen elektrolit.

“Jika muntah masih terjadi, minumlah sedikit demi sedikit. Dan jika kondisi memburuk, segera cari pertolongan dari petugas kesehatan,” kata dosen mikrobiologi klinik.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Makan Berlebihan Ini Bikin Gagal Diet

Selain itu, tak menutup kemungkin gejala demam mungkin muncul saat keracunan adalah mekanisme alami tubuh dalam melawan infeksi.

Peningkatan suhu tubuh membantu memperlambat pertumbuhan bakteri, serta mengoptimalkan kerja sistem imun.

“Demam membantu mengendalikan infeksi dengan memberi tekanan panas pada patogen dan meningkatkan efektivitas sistem kekebalan tubuh,” Tri menjelaskan.

Untuk mencegah terjadinya keracunan, harus dilakukan pengawasan ketat terhadap seluruh rantai produksi makanan MBG, mulai dari pemilihan bahan, penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi.

“Setiap tahap proses dapat menjadi titik masuk bagi bakteri, virus, jamur, atau parasit penyebab keracunan. Karena itu, standar kebersihan harus diterapkan secara optimal,” tegas Tri.

Dengan memahami perbedaan antara alergi dan keracunan, serta upaya preventif terjadinya keracunan makanan, bisa menjadi kunci untuk mencegah risiko fatal.

“Kata kuncinya adalah menjaga mutu bahan dan proses, menaati standar kebersihan, dan segera bertindak tepat ketika gejala muncul,” pungkas Tri.

Leave a Reply