TopCareer.id – Walau tak lagi pandemi, layanan telehealth masih populer dan jadi tren di kalangan anak muda, terutama dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan.
Sebuah survei terbaru menunjukkan 69 persen anak muda Indonesia sudah menggunakan layanan telehealth, dengan sebagian besar menggunakan lebih dari satu aplikasi.
Tren ini didukung berbagai inovasi digital yang memungkinkan pemantauan kesehatan secara lebih personal dan berbasis data.
Suwandi Ahmad, Chief Data Officer Lokadata.id dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (22/1/2025) mengatakan, ada beberapa alasan seseorang menggunakan telehealth.
Dari survei yang dilakukan Lokadata, 59 persen responden mengatakan mereka tidak perlu antri, 55 persen menyebut fleksibel, 28 persen mengatakan lebih hemat biaya transportasi, dan 28 persen mengatakan ekonomis.
Baca Juga: Menkes: Rutin Cek Kesehatan, Biar Umur Panjang
Lebih lanjut, Suwandi mengungkapkan, 47 persen responden menyebut pengeluaran yang dihabiskan untuk telehealth tertinggi ada di Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu.
“Separuhnya digunakan untuk pembelian atau suplemen. Ini menunjukkan bahwa kesadaran soal preventif daripada kuratif itu sudah mulai tinggi, mulai terlihat,” kata Suwandi.
Makin sadarnya generasi muda terhadap kesehatan juga terlihat dari 43 persen anak muda yang kini rutin memeriksakan diri ke dokter, setidaknya sekali dalam setahun.
“Mereka juga aktif menggunakan aplikasi telehealth untuk mengakses layanan kesehatan dengan mudah dan cepat,” Suwandi menambahkan.
“Generasi muda kini juga semakin memahami pentingnya pencegahan dini sebagai langkah vital untuk menjaga kesehatan, bukan hanya untuk menangani penyakit tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan,” imbuhnya.
Baca Juga: Ramai Doom Spending, Industri Fintech Ingatkan Pentingnya Edukasi
Tak hanya fisik, kesehatan mental kini juga jadi perhatian dengan 73 persen generasi muda makin sadar pentingnya kesehatan jiwa, dengan banyak dari mereka yang memanfaatkan aplikasi digital untuk mendukung kesejahteraan psikologisnya.
Meski adopsi healthtech berkembang di kota-kota besar, tantangan tetap ada di daerah terpencil.
Menurut Alfonsius Timboel, Chief Operating Officer, Halodoc mengatakan, literasi digital masih jadi kendala utama di luar kota besar.
“Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan teknologi kesehatan bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat,” kata Alfonsius dalam kesempatan yang sama.