Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Saturday, November 23, 2024
idtopcareer@gmail.com
Sosok

Mengenang Ciputra, Begawan Properti Indonesia (1931-2019)

Ir Ciputra. (dok. Istimewa)

Topcareer.id – Indonesia kembali kehilangan seorang sosok besar. Pengusaha Ir Ciputra meninggal di Singapura, saat hari baru berganti tanggal menjadi Rabu, 27 November 2019. Ia tutup usia meninggalkan banyak warisan untuk dikenang bagi negeri ini.

Di antaranya berbagai bangunan yang ia turut andil mendirikannya. Yang paling kentara adalah kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol di utara Jakarta yang ia bangun lewat bendera PT Pembangunan Jaya. Di dalamnya, hingga kini kita bisa menikmati Dunia Fantasi, Sea World dan macam-macam lagi.

Ketika mulai didirikan akhir 1960-an, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola lima orang. Kantornya menumpang kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Dua puluh tahun kemudian Pembangunan Jaya Group punya 20 anak perusahaan dan 14 ribu karyawan.

Baca juga: Pengusaha Ciputra Meninggal Dunia Di Singapura

Belakangan, Ciputra membentuk holding company dengan nama Ciputra Group. Ia membangun ribuan rumah dan puluhan mall, termasuk mengarsiteki kawasan Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, mall Citraland, Ciputra World dan lain-lain. Sampai 2004, seperti dicatat biografi singkatnya yang ditulis Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT), ia telah membidani 10 kota satelit.

Masa kecil yang getir

Masa kanak-kanak Ciputra sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia enam sampai delapan tahun, Ciputra diasuh tante-tantenya dengan keras. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya membersihkan tempat ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya.

Namun, kini masa kecil yang getir dimaknainya punya hikmah tersendiri. “Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng,” kata pria yang akrab disapa Pak Ci itu oleh kolega dan anak buahnya suatu kali.

Pada usia 12 tahun Ciputra menjadi yatim. Waktu itu Jepang tengah mengusai bumi pertiwi. Oleh tentara Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, ditangkap lantaran dituduh anti-Jepang. Sang ayah meninggal dalam penjara. “Lambaian tangan ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit ibu tetap terngiang di telinga,” tuturnya sendu.

“Sampai sekarang, keluarga saya tidak tahu di mana ayah dikubur,” katanya lagi.

the authorAde Irwansyah

Leave a Reply