Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Nasib Malang ABK Asal Indonesia: Gaji Tak Sesuai Hingga Makan Sayur Busuk

Ilustrasi ABK. (dok. Kompas)

Topcareer.id – Meninggal dan mayatnya dibuang ke laut bukan satu-satunya penderitaan yang dialami anak buah kapal (ABK) asal Indonesia di kapal asing.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, menyambut 9 ABK yang dipulangkan melalui Republik Korea di Terminal 3 Kedatangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada beberapa hari lalu.

Kesembilan ABK inipun bekerja menggunakan calo di Kapal Perusahaan RRT Zhouyu 603 dan 605 sejak tanggal 13 Oktober 2019 hingga April 2020.

“Kami berangkat dari calo, jadi pikiran kita cuma duit dan duit, tak ada perlindungan dari agency. Ini pelajaran berharga agar kalau mau berangkat pelajari kontrak kerja sebagai awak kapal dan cek perusahaan secara teliti,” kata salah satu ABK, Rohman usai kembali ke Jakarta pada Jumat (29/5/2020) lalu.

Baca juga: Persiapan Fisik dan Mental Jika Ingin Kerja di Kapal Laut

Selain itu ABK lainnya yang telah bekerja selama tujuh bulan, Nugi mengaku bekerja tak sesuai kontrak kerja, makan tak layak selama di atas kapal, dan mendapat penghasilan yang terbilang kecil.

“Pada dokumen crew salary contract, terdapat berbagai macam potongan yaitu uang jaminan dan potongan jaminan, sehingga gaji yang diterima kurang dari gaji yang seharusnya diterima yaitu USD 300. Uang saku yang dijanjikan sebesar USD 50 juga tidak diterima,” ungkap Nugi dalam kesempatan yanag sama.

Ia pun mengaku telah memetik pelajaran berharga dari pengalamannya sebagai ABK dan tidak mau lagi berangkat keluar negeri melalui calo.

Bahkan, para ABK menyesalkan mengenai perlakuan selama bekerja. Para ABK hanya makan ikan 1-2 kali dalam sebulan. Selain itu, mereka juga diketahui mengonsumsi sayur busuk, kacang, cumi gosong, ikan teri yang tak layak, nasi campur air dan minum dari sulingan air laut menjadi makanan dan minuman yang mereka harus konsumsi sehari-hari. *

Editor: Ade Irwansyah

the authorSherley Agnesia

Leave a Reply