Topcareer.id – Zara adalah merek fashion terbaru yang mulai menutup toko ritel di seluruh dunia karena pandemi Covid-19, yang telah membuat banyak toko ritel tutup sejak pertengahan Maret.
Pada 12 Juni, perusahaan induk Zara, Inditex, mengumumkan rencananya untuk menutup antara 1.000 dan 1.200 toko fisik selama dua tahun ke depan dan mengalihkan sumber daya ke dalam strategi penjualan online.
Dikutip dari The Guardian, penutupan toko diperkirakan terkonsentrasi di Asia dan Eropa. Dapat dipahami bahwa 107 toko Inditex di Inggris memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terpengaruh secara signifikan.
Inditex mengatakan bahwa jumlah karyawan akan tetap stabil. Staf akan ditawarkan peran dalam pekerjaan lain seperti mengirim pembelian online.
Jumlah total toko akan turun dari 7.412 menjadi antara 6.700 dan 6.900 setelah reorganisasi, yang juga akan mencakup pembukaan 450 toko baru.
Baca juga: Imbas Pandemi, Nissan Tutup Pabrik di Spanyol dan Indonesia
Inditex, salah satu pengecer pakaian terbesar di dunia, terpukul keras selama pandemi, dengan penjualan turun 44% menjadi 3,3 miliar euro antara 1 Februari dan 30 April, kuartal pertama tahun keuangannya.
Namun, pertumbuhan penjualan online menutupi beberapa kelemahan penjualan, kata Inditex. Penjualan online naik 50% YoY selama kuartal tersebut, dan naik 95% YoY pada bulan April.
Di bawah rencana itu, CEO Inditex Pablo Isla mengkonfirmasi perusahaan akan meningkatkan tim layanan pelanggan online dan pengemasan khusus baik dari ruang penyimpanan online spesifik dan dari toko.
Serta layanan tanpa gangguan di mana pun mereka berada, pada perangkat apa pun dan kapan saja,” kata Pablo Isla.
Isla menambahkan bahwa perusahaan berencana untuk menginvestasikan USD1 miliar ke dalam platform belanja online selama tiga tahun ke depan dan USD1,7 miliar lainnya untuk meningkatkan toko agar lebih dilengkapi dengan teknologi canggih.
Sementara Inditex melaporkan kerugian sekitar USD460 juta antara Februari dan April, bertepatan dengan penutupan lokasi di seluruh dunia karena aturan jarak sosial, menurut The Guardian. Penjualan online, bagaimanapun, naik 50% pada kuartal yang sama, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. *
Editor: Ade Irwansyah