Topcareer.id – Salah satu maskapai bertarif murah di Asia, AirAsia percaya diri bisa bangkit kembali ke posisi menguntungkan di tahun depan, bahkan ketika ancaman kebangkitan virus corona membebani industri penerbangan global.
“Target itu terdengar sangat bullish (tren naik atau menguat), tetapi saya sudah melalui banyak krisis sebelumnya,” kata Chief Executive AirAsia Tony Fernandes pada Rabu (15/7/2020), dikutip dari laman CNBC.
Dia menjelaskan bahwa otoritas di negara-negara Asia saat ini menjadi jauh lebih pintar dalam menangani wabah penyakit virus corona lebih lanjut, atau Covid-19.
Keapikan dalam penanganan wabah ini akan membantu industri penerbangan di kawasan itu untuk pulih dengan cara yang jauh lebih berkelanjutan.
Baca juga: Efek Corona, Air Asia Hentikan Semua Penerbangan Mulai 1 April
“Saya pikir itu memberi saya banyak kepercayaan,” tambahnya.
Langkah-langkah untuk menahan penyebaran virus – yang meliputi penutupan perbatasan dan pembatasan pergerakan – membuat permintaan untuk perjalanan udara terhenti secara mendadak.
Maskapai di seluruh dunia dibiarkan berjuang secara finansial, dengan banyak di antaranya harus memangkas pekerja dan beralih ke bantuan pemerintah untuk tetap bertahan.
AirAsia yang berbasis di Malaysia tidak berbeda. AirAsia bulan ini melaporkan kerugian bersih 803,8 juta ringgit Malaysia (USD188,4 juta) pada kuartal yang berakhir 30 Maret.
Itu adalah kerugian kuartal pertama terbesar maskapai ini sejak terdaftar di bursa saham Malaysia pada November 2004, mengutip data Refinitiv.
Baca juga: Mukesh Ambani Orang Asia yang Masuk Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia,
CEO mengatakan ketika maskapai melanjutkan beberapa penerbangannya, margin bisa lebih baik dibandingkan dengan periode pra-pandemi.
Menurut Fernandes, AirAsia telah memulai kembali sekitar 50% dari penerbangan domestik di Malaysia dan dapat segera memulai kembali terbang ke negara tetangga Singapura karena kedua pemerintah berencana untuk mengizinkan perjalanan antara kedua negara.
“Kapasitas akan berkurang, tarif akan naik. Dalam beberapa hal, margin akan jauh lebih baik daripada pra-Covid. Sementara kapasitas mungkin perlu waktu untuk kembali ke pra-Covid, itu akan menjadi kapasitas yang jauh lebih menguntungkan.” *
Editor: Ade Irwansyah