Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Thailand Kembangkan Sistem Robot untuk Percepat Produksi Vaksin

Dok/Euro News

Topcareer.id – Ketika Thailand berjuang menghadapi pandemi virus corona terburuknya, para peneliti di negara itu telah mengembangkan mesin robot untuk mengeluarkan dosis vaksin COVID-19 secara lebih efisien dan mengoptimalkan pasokan.

Menggunakan lengan robot, sistem “AutoVacc” dapat mengambil 12 dosis vaksin AstraZeneca dalam empat menit dari botol.

Peneliti di Universitas Chulalongkorn yang membuat mesin robot tersebut menggunakannya di pusat vaksinasi kampus itu.

Mesin robot ini hanya bekerja pada botol multi-dosis AstraZeneca saat ini, dimana setiap botol dapat menyediakan 10 hingga 11 dosis.

“Mesin menjamin dengan akurasi bahwa kita dapat memperoleh tambahan 20% dari setiap botol vaksin, dari 10 hingga 12 dosis,” kata Juthamas Ratanavaraporn, peneliti utama tim di Pusat Penelitian Teknik Biomedis universitas tersebut.

“Artinya jika ada stok AstraZeneca untuk 1 juta orang, mesin robot tersebut bisa menambah jumlah dosis menjadi 1,2 juta orang,” kata Juthamas.

Menurut Juthamas, banyak petugas kesehatan yang menggunakan jarum suntik manual yang harus mengambil hingga 12 dosis per botol, itu menghabiskan banyak tenaga dan memerlukan keterampilan tingkat tinggi.

“Ini bisa menguras banyak tenaga para nakes, mereka harus melakukannya setiap hari selama berbulan-bulan,” ujar Juthamas.

Tim peneliti mengatakan mereka harus dapat memproduksi 20 unit AutoVacc lebih banyak dalam tiga atau empat bulan.

Namun, dana yang besar dan dukungan dari pemerintah akan dibutuhkan untuk memperluas sistem robotnya ke seluruh negeri.

Baca juga: Thailand akan Dapat 61 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca di Tahun Ini

Mesin prototipe berharga USD 76.243 atau sekitar Rp 1,1 miliar per unit itu terbuka untuk peluang ekspor.

Para peneliti juga berencana membuat mesin serupa untuk digunakan dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna.

Juthamas mengatakan mesin itu bertujuan untuk menghilangkan beban tenaga kesehatan.

“Kalau tenaga kesehatan terlalu lelah, kemungkinan human error terjadi, maka sebaiknya biar mesin saja yang mengerjakan ini,” tutur Juthamas.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply