TOPCAREER.ID – Pentolan Britpop Indonesia, rumahsakit, angkat bicara perihal pergerakannya sebagai band indie. Bagi mereka, musisi yang memilih jalur indie atau jalur arus pasar utama (mainstream market) akan menghadapi tantangan yang kurang lebih sama.
Perjalanan rumahsakit tidak sebentar. Sejak lahir 1994, band asal Jakarta ini masih menunjukkan eksistensinya di belantika musik Indonesia. Buktinya, album paling baru mereka +imeless mendapatkan tempat di 20 Album Indonesia Terbaik 2015 versi Rolling Stone Indonesia
“Kalau menurut saya pribadi sih, selalu ada tempat buat musik bagus terlepas dari genrenya. Jadi selama ini sih kami bikin musik yang menurut kami enak aja. Enggak terlalu mikirin feedback dan lain-lain. Bahwa kemudian musik kami bisa diterima banyak orang dengan sambutan baik, itu bonus yang menyenangkan,” ujar Mickey Nayoan (vokal & keyboard) kepada TopCareer.id.
Hal itu dibuktikan rumahsakit dengan menyematkan nama mereka di Album Terbaik Indonesia 2015 versi Rolling Stone Indonesia untuk album +imeless. Mickey mengaku senang dengan pencapaian tersebut terlebih penghargaan itu diraih bersama vokalis anyar mereka, Muhammad Arief.
“Kalau soal Best Album itu keren sih. Bagi kami berarti, karena itu album pertama kita dengan vokalis baru. Perkenalan vokalis sekaligus nuansa baru rumahsakit. Bisa mendapatkan recognition dari media sekelas Rolling Stone Indonesia, bagi kami itu menyenangkan,” jelas Mickey.
Mengingat jenis musik rumahsakit yang tergolong tersegmentasi, ada tantangan tersendiri buat mereka dalam mempertahankan penggemarnya. Namun, meskipun tak seramai pendengar lagu-lagu mainstream, menurut Shendy Adam (bass & vokal), penggemar band indie justru lebih loyal ketimbang band berlabel major. “Salah satu kelebihan musisi indie, biasanya fans-nya lebih loyal,” kata Sadam, panggilan Shendy Adam.
Berbeda Jazz di Indonesia yang telah memiliki organisasi pengarsipan (Arsip Jazz Indonesia), nasib karya musik indie di Indonesia dapat dikatakan belum jelas. Sadam dan Mark Ricardo Nayoan (vokal & gitar), akan sangat mendukung bila dibuatkan badan pengarsipan musik Indie di Indonesia. “Basicly semua sejarah yang terjadi di Indonesia harus ada arsipnya,” jelas Sadam.
“Genre apapun bahkan di profesi apapun pasti akan merasa dihargai kalau karya-karyanya diabadikan,” tambah Marky, sapaan Mark Ricardo.
Meskipun disibukkan dengan jadwal manggung yang padat dan proses berkarya, personil rumahsakit juga menjalani kehidupan sehari-hari dengan bekerja di bidang lain.