Setelah lima tahun ikatan dinas, barulah bidan yang ditempatkan di desa itu diperbolehkan memilih untuk ditugaskan di mana. Pindah ke luar tempat dinas atau tetap bertugas di tempat untuk jangka waktu lama. Lantas Rosmiyati sendiri memutuskan pindah ke Jakarta lantaran ikut sang suami.
Kala itu, pemerintah memang sangat membutuhkan profesi bidan dalam membantu persalinan, serta mengurangi risiko kematian ibu dan anak. Sehingga diadakanlah program D1 Kebidanan yang hanya menempuh pendidikan setahun. Setelah lulus langsung ditempatkan di desa-desa terpencil.
“Sekarang ada enggak yang kayak gitu? Kayaknya enggak ada. Kecuali ada perekrutan kayak kemarin Dinkes buka pendaftaran buat pegawai honor, mereka (lulusan bidan) langsung lamaran ke dinas. Jadi, Dinkes buka web lowongan, mereka pada datang untuk test,” papar Rosmiyati.
Ia menilai lulusan bidan saat ini peluangnya lebih kecil dalam mendapatkan pekerjaan dibanding pada eranya dulu. Apalagi, lulusan akademi kebidanan kini jumlahnya semakin banyak.
“Dulu kan bidan masih jarang, makanya ada program pemerintah D1 itu. Cuma satu tahun pendidikan, jadi kayak digojlok benar-benar, yang penting bisa nolong orang lahiran. Kalau dulu zaman saya, tahun 1992, dari program itu langsung diangkat pegawai negeri. Jadi, langsung ditempatkan ke desa terpencil. Sekarang enggak ada, terakhir 1995 kayaknya,” ucap dia.