Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 26, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Ingin Beralih Pekerjaan? Jangan Abaikan Faktor Besar Ini

Topcareer.id Ketika beban pekerjaan begitu menekan, tawaran pindah tempat kerja atau beralih profesi akan terdengar memikat. Pendapatan, lingkungan kerja, sampai jam kerja mungkin masuk hitungan pertimbangan. Tapi, ada satu hal besar yang kerap luput.

Jika kamu ingin pindah kerja atau profesi saat ini, mungkin ada faktor kesehatan mental yang dipertaruhkan. Sebelum beralih karier, penting untuk mengetahui efek potensial pada jiwamu ,baik positif maupun negatif. Perubahan besar ini dapat terjadi.

Dikutip dari The Ladders, satu penelitian di Australia melihat efek dari faktor-faktor kesehatan mental seperti keamanan pekerjaan, kontrol, dan beban kerja pada hampir 2.000 karyawan. Para peneliti menemukan bahwa suatu perbaikan atau penurunan dari kondisi ini menyebabkan tingkat depresi dan kecemasan.

Namun, bagi banyak dari kita, itu tak selalu jadi masalah. Seringkali, seseorang akan lebih yakin ketika pekerjaan bisa sejalan dengan passion atau cita-cita masa kecil. Meskipun secara inheren tidak ada yang salah dengan menginginkan pekerjaan sesuai dengan minat. Itu mungkin tidak benar-benar sejauh yang kita pikirkan untuk meningkatkan kesehatan mental.

Profesor dan penulis Georgetown, Cal Newport menunjukkan kekurangan dari apa yang disebut “hipotesis hasrat” ini (yaitu, beralih pekerjaan hanya untuk mengejar minat) dalam bukunya So Good They Can’t Abore You.

Newport percaya bahwa pesan “kejarlah passion, dan kebahagiaan kamu akan menyusul” yang dimulai dengan baby boomer sebenarnya lebih banyak merugikan untuk generasi berikutnya.

“Tidak hanya gagal menggambarkan bagaimana kebanyakan orang berakhir dengan karier yang memikat. Tetapi bagi banyak orang itu justru dapat memperburuk keadaan: menyebabkan perpindahan pekerjaan yang kronis dan kegelisahan yang tak henti-hentinya ketika… realitas seseorang pasti gagal,”

Dia mencatat bahwa dalam 30 tahun terakhir, ketika konsep ini berakar, kepuasan kerja orang Amerika terus menurun. Pada tahun 1987, tiga perlima orang menyatakan bahwa mereka menyukai pekerjaan mereka; kurang dari setengahnya mengatakan hal yang sama pada tahun 2010.

Fakta lainnya, ketika perusahaan SDM Kanada Morneau Shepell berangkat untuk menemukan keadaan tempat kerja mana yang menyebabkan cuti sakit paling banyak bagi karyawan, mereka mendapati beberapa hasil menarik.

Bukan masalah seperti merger atau restrukturisasi perusahaan yang memengaruhi kesejahteraan individu. Sebaliknya, redesign job (upaya di mana tanggung jawab dan tugas pekerjaan ditinjau, dan mungkin dialokasikan kembali di antara staf) memiliki efek paling kuat pada pekerja yang membutuhkan waktu istirahat. Tampaknya perubahan di dalam pekerjaan, dapat membuat stres.*

Editor: Ade Irwansyah

Leave a Reply