Pelajaran dari kuda
Biasanya, perusahaan mengirim para eksekutif untuk pelatihan selama dua hari di peternakan kuda milik Grant. Selama di sana mereka membangun ikatan emosional dengan kuda, baik secara kelompok maupun individual.
Grant Golliher sendiri membagi metodenya dalam beberapa kalimat berikut:
Buat hal benar jadi mudah dan hal salah jadi sulit, namun biarkan kuda yang memilih jalan. Saat kuda membuat kesalahan atau pilihan yang salah, Grant Golliher melakukan hal yang tak disukai kuda, seperti mengibarkan bendera, mengayunkan tongkat atau meminta penonton berisik.
Hargai setiap upaya dan perubahan, meskipun kecil. Saat kuda melakukan pilihan yang benar–atau sekadar mulai melangkah ke arah yang benar–Golliher memberi sanjungan halus, “good job.”
“Kuda sangat sensitif pada perubahan nada suara. Mereka belajar bagaimana merespon keadaan.”
Bekerjalah secepat sesuai kemampuanmu, namun bekerja lambat juga diperlukan. Saat eksekutif yang ikut pelatihan diminta menggiring kuda dengan tali, Golliher meminta si eksekutif untuk “memimpin dengan perasaan.” Itu artinya, tidak berjalan sendirian di depan sambil menarik tali hingga kuda merasa ditarik-tarik. Yang harus dilakukan adalah menyesuaikan langkah dengan kuda untuk kemudian berjalan bersama menuju satu tujuan. “Memimpin, bukan menggiring,” katanya.
Dan seperti manusia, kuda tidak memberi respon pada orang yang tak sabaran, gugupan atau pemarah. “Kami melatih orang untuk jangan bergerak terlalu cepat. Karena akan menakutkan si kuda. Terkadang berjalan lambat malah jadi cepat,” kata Golliher.
Hm, ternyata banyak yang bisa dipelajari dari tingkah laku kuda yang bisa diterapkan di kantor. *
Editor: Feby Ferdian