Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Jadi Game Tester Tak Selalu Menyenangkan, Ini Fakta-faktanya

Topcareer.id – Game tester atau penguji game punya peran penting untuk memastikan bahwa produk game yang dibuat bisa bebas dari bug dan masalah lainnya. Untuk jadi game tester, kamu nggak butuh lulusan sarjana. Itu salah satu faktanya, masih ada fakta lainnya terkait game tester yang bikin penasaran.

Pekerjaan game tester ini biasanya bekerja untuk studio game, developer atau perusahaan konsol. Tugasnya menemukan gangguan dan melaporkannya ke pengembang game. Berikut fakta-fakta soal game tester berdasar laman Mental Floss.

1. Nggak selalu menyenangkan

Bermain video game seharian mungkin dipikir bakal jadi hal menyenangkan, tapi coba pikirkan lagi. Pada kenyataannya, game tester membutuhkan kesabaran dan ketekunan yang besar untuk menghadapi sifat pekerjaan yang berulang dan sering kali membosankan.

“Penguji game menghabiskan sebagian besar waktu mereka menguji gim jauh sebelum itu selesai, dan jauh sebelum itu mulai menjadi pengalaman yang menyenangkan. Bahkan setelah game dikembangkan cukup untuk mulai bersenang-senang, tugas pengujian seringkali tidak menyenangkan sama sekali,” jelas Jason W. Bay, penulis Land a Job as Video Game Tester.

2. Kerja tak kenal waktu

Karena perusahaan video game mematuhi jadwal rilis yang ketat, penguji game biasanya sangat sibuk di bulan-bulan menjelang rilis game. Bayaar Lo-Borjiged, mantan QA Tester yang sekarang menjadi CEO Skull Fire Games, memberi tahu Mental Floss bahwa jam-jam terlambat dan diet yang buruk sangat umum, terutama selama masa krisis.

“Tidak jarang bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 pagi hari berikutnya,” kata Lo-Borjiged. Selain duduk di depan layar sepanjang hari (dan malam), banyak penguji game menderita kurang tidur. Mereka mungkin mengonsumsi kafein dan makan makanan yang enak untuk tetap terjaga dan menahan stres.

3. Mereka tidak membutuhkan pendidikan khusus

Meskipun beberapa penguji game memiliki gelar sarjana atau sertifikat di bidang ilmu komputer, pengujian perangkat lunak, atau desain game, sebagian besar pekerjaan pengujian tidak memerlukan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi.

Selain memiliki pengetahuan tentang cara bermain video game, penguji permainan hanya membutuhkan visi yang baik, refleks yang cepat, dan keterampilan menulis yang sesuai. Karena pengujian game adalah pekerjaan tingkat pemula, sebagian besar penguji permainan memulai karier industri video game mereka dalam pengujian.

4. Perjanjian kerja berbentuk kontrak kerjasama

“Hal terbesar soal menjadi penguji game adalah tidak ada keamanan kerja sama sekali. Sebagai penguji game, kamu bisa dikeluarkan kapan saja dengan alasan apapun. (Bosmu) dapat menggantikanmu,” kata Lo-Borjiged.

Banyak game tester yang bekerja sebagai karyawan kontrak, artinya perusahaan hanya akan mempekerjakan mereka sebagai karyawan penuh waktu setelah beberapa bulan bekerja dengan kinerja memuaskan.

5. Kesempatan untuk dipomosikan kecil

Meskipun Lo-Borjiged meningkatkan kemampuannya dari pengujian game ke desain UI, pengalamannya tidak umum. “Banyak orang mungkin akan bekerja sebagai penguji game sepanjang karier mereka,” ucap dia.

Itu artinya sulit sekali naik jabatan ketika barada di jalur karier ini. Setelah beberapa tahun bekerja dalam pekerjaan ini, beberapa penguji mengambil lebih banyak tanggung jawab (dan gaji yang lebih tinggi) sebagai pemimpin pengujian atau manajer, menjadi desainer atau produser game, atau memutuskan untuk meninggalkan industri video game.

6. Mereka bisa saja bertemu dengan hero gamenya

“Bagian favorit saya dari pekerjaan itu adalah kemampuan untuk melihat bagaimana permainan baru dibuat, mulai dari proses perencanaan hingga tahap awal pengembangan hingga produk jadi akhir,” kata Lo-Borjiged.

Selain bisa bermain game yang belum dirilis, penguji juga dapat mempelajari tentang kode cheat, dan level rahasia game. Tetapi mereka umumnya tidak dapat membagikan informasi ini dengan orang lain. Kebanyakan perusahaan membuat mereka menandatangani Non Disclosure Agreement (NDA) ketika mereka dipekerjakan.

“Aku bisa bertemu dengan salah satu legenda game terbesar, dan dia melihat kuil Metal Gearku. Itu adalah momen yang hebat bagi saya,” kata Lo-Borjiged. *

Editor: Ade Irwansyah

Leave a Reply