Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 25, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Industri Tekstil Serap Tenaga Kerja Terbanyak Nomor Dua

Dok. Citizen Daily News

Topcareer.id – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia tak bisa dinilai sebelah mata. Industri ini jadi salah satu penggerak ekonomi bangsa. Bahkan dari sisi tenaga kerja, industri ini cukup menyerap tenaga kerja yang besar.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pada 2018 tenaga kerja di industri manufaktur tercatat sebanyak 18,25 juta orang. Dari tahun 2015 ke 2018, terjadi kenaikan 17,4 persen.

Enam besar sektor industri manufaktur yang menyerap tenaga kerja banyak, yakni industri makanan dengan kontribusi hingga 26,67 persen, disusul industri pakaian jadi (13,69%), industri kayu, barang dari kayu dan gabus (9,93%). Selanjutnya, industri tekstil (7,46%), industri barang galian bukan logam (5,72%), serta industri furnitur (4,51%).

Presentase itu membuat industri TPT menjadi industri yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak nomor dua setelah industri makanan.

Baca juga: Tips Fashion Kantor dengan Gaya Bisnis Casual

“Penyerapan tenaga kerja nomor dua di bawah industri makanan ini sangat penting. Karena bukan hanya dari penyerapan tenaga kerjanya saja, tapi menghasilkan gross domestic produk yang cukup tinggi. Jadi diharapkan industri ini akan berkembang,” kata Albert Tjandra yang merupakan Director at PT Grand Textile Industry.

Pada triwulan I tahun 2019, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi tercatat paling tinggi dengan mencapai 18,98 persen.

Albert melanjutkan, roadmap untuk industri tekstil pada 5 sampai 10 tahun ke depan sudah terlihat, dan menurutnya angka tenaga kerja bakal terserap hingga dua kali lipat. Meski bicara otomatisasi, ke depan industri tekstil masih mampu menyerap tenaga kerja yang banyak.

Baca juga: Alasan Generasi Zaman Now Lebih Senang Nonton Video

“Otomatisasi pengaruh. Tapi balik lagi tergantung industrinya. Tidak semua dapat dikerjakan oleh mesin, termasuk industri fashion. Kalau berputar di produk masal, efisiensinya mereka dapat dari mesin, tapi kalau lebih ke arah fashion tetap butuh penyerapan tenaga kerja,” kata Albert kepada Topcareer.id usai rangkaian acara talkshow di Jakarta Fashion Week (JFW) 2020, Kamis (24/10/2019) lalu.

Untuk tenaga kerja industri TPT sendiri, kata dia, dibagi menjadi beberapa kategori, ada yang memang tenaga kerja lapangan. Seperti di industri garmen membutuhkan tenaga kerja lapangan yang cukup besar.

“Kemudian di industri bahan baku. Ya, mungkin mesin yang kerja tapi untuk pekerja staf untuk mengendalikannya, yang mengaturnya, semua ini butuh pendidikan yang lebih tinggi,” ujarnya.

Lagi-lagi terkait otomatisasi, industri ini tetap membutuhkan tenaga yang kelak memiliki knowledge lebih sehingga mampu mengisi kebutuhan industri akan tenaga kerja mumpuni di bidangnya. *

Editor: Ade Irwansyah

Leave a Reply