Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, March 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Kejadian Unik Seputar Sumpah Pemuda 1928 yang Kamu Mungkin Belum Tahu

Dok. Brilio

Topcareer.id – Hari ini, 91 tahun lalu, para pemuda menorehkan tinta emas pada perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Mereka melahirkan sumpah yang kini kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.

Kala itu, pada 1920-an, para pemuda ini terkotak-kotak menjadi anggota berbagai perkumpulan yang bersifat kedaerahan. Misalnya, Jong Java, Jong Sumatra, Jong Bataks, Perkumpulan Kaoem Betawi, Sekar Roekoen Soenda, Jong Celebes, dan Jong Ambon.

Dipengaruhi kepedihan kehidupan yang sama sebagai warga jajahan, timbul kesadaran pergerakan mereka harus bersifat “nasional”.

Pada 1926, para pemuda bersepakat menggelar Kongres Pemuda I di Jakarta. Walau pada kongres pertama belum lahir sebuah ikrar bersama, namun para pemuda masa itu mulai tak sungkan untuk melakukan kegiatan bersama. Hingga pada akhirnya, ketika Kongres Pemuda II digelar pada 1928, lahirlah Sumpah Pemuda. Sebuah tekad kita semua: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa.

Uraian di atas mungkin sudah kamu tahu dari pelajaran sejarah di sekolah. Namun, tahukah kamu seputar fakta-fakta unik yang terjadi selama Kongres Pemuda II?

Nah, yang begini nggak ada di buku pelajaran sekolah. Kami menggali fakta-fakta berikut dari buku dan majalah serta meramunya buat kamu. Sejarah itu asyik, lho. Yuk, kita simak bareng.

Mengakali polisi Belanda

Sabtu, 27 Oktober 1928. Jarum jam menunjukkan pukul 19.45 ketika Soegondo Djojopoespito membuka Kongres Pemuda II. Soegondo pemimpin rapat yang tangkas dan banyak akal. Perlu diketahui, yang ikut rapat bukan cuma para pemuda, tapi juga diawasi langsung polisi Belanda.

Pada satu kesempatan, polisi Belanda protes karena peserta rapat menggunakan kata “merdeka”, hal yang dilarang ketika itu.

Soegondo kemudian berkata, “Jangan gunakan kata ‘kemerdekaan’, sebab rapat malam ini bukan rapat politik dan harap tahu sama saja.” Hal itu disambut tepuk tangan riuh dan tawa hadirin.

Memang ada-ada saja trik kaum pergerakan kala itu mengakali polisi Belanda. S.K. Trimurti, salah satu tokoh pergerakan masa itu menulis sebuah cerita unik di buku Bunga Rampai Soempah Pemoeda (Balai Pusatka, 1978). Tulisnya, ada trik khusus agar rapat organisasi pemuda yang dianggap radikal oleh Belanda tidak dibubarkan paksa polisi.

Suatu ketika, para pemuda hampir ditangkap polisi karena menggelar rapat, tapi akhirnya lolos. Kok bisa? Jadi, ketika polisi hendak menggrebek, para peserta rapat berganti sikap. Rapat yang serius berganti jadi acara tari-menari dansa-dansi. Musiknya, cukup pakai mulut saja menirukan suara gamelan.

the authorAde Irwansyah

Leave a Reply