Topcareer.id – Kehidupan Ria Irawan penuh warna. Ia menjajal main film sejak usia empat tahun. Setelahnya dari 1970-an ia menapaki karier sebagai bintang film dan sinetron. Pernah pula merambah ke dunia tarik suara.
Sebagai aktris, ia sudah mengoleksi Piala Citra Pemeran Pembantu Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 1988 dan Aktris Terbaik di Asia Pacific Film Festival 2003, pernah jadi bulan-bulanan media pada 1990-an di puncak popularitasnya, dan di ujung hidupnya menderita kanker getah bening. Sudah dinyatakan bersih dari sel kanker namun kondisinya drop lagi hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir Senin (6/1/2020) pagi.
Ria Irawan lahir dengan nama asli Chandra Ariati Dewi Irawan di Jakarta, 24 Juli 1969. Ia mewarisi darah seni dari kedua orangtuanya, Bambang Irawan dan Ade Irawan. Saat Ria lahir, Bambang sudah dikenal sebagai bintang film papan atas. Bahkan memiliki rumah produksi sendiri, PT Agora Film. Sedangkan Ade dikenal sebagai pendatang baru yang tengah bersinar kariernya.
Baca juga: Usai Lawan Kanker, Ria Irawan Meninggal Dunia
Main film sejak usia 4 tahun
Tiga dari lima anak Bambang ikut main film. Tapi hanya Ria yang amat menonjol. Kariernya dimulai saat ia masih kecil. Di usia empat tahun, Ria merengek pada sang ayah minta ikut main film. Melihat keinginan putrinya yang menggebu-gebu akhirnya sang ayah mencarikan peran untuk Ria.
Kebetulan ada film berjudul Supir Taksi (1973) yang diperankan Bambang Hermanto dan Dien Novita tengah dibuat rumah produksinya. Film itu memerlukan adegan latar untuk beberapa detik, yaitu adegan seorang anak sedang bermain ayunan. Jadilah Ria yang memerankan adegan itu. Begitu kecil perannya, tapi ia sampai berjingkrak-jingkrak ketika film itu diputar.
Pemunculannya tidak sering, karena “umurnya tanggung” (Bukan anak-anak lagi, tapi juga belum dewasa). Mulai menarik perhatian setelah jadi “gadis nakal” dalam Kembang Kertas (1984).
Baca juga: Mengenang Ciputra, Begawan Properti Indonesia (1931-2019)
Film itu berkisah tentang seorang ayah bernama Prabowo (Zainal Abidin) yang menjalankan bisnis berisiko lalu jatuh miskin. Hal ini membuat jiwa dua putrinya, Ani (Ria Irawan) dan Rini (Dewi Yull) terguncang. Masing-masing punya pelampiasan sendiri-sendiri. Antara lain narkotika dan pelacur. Penjiwaan peran Ria berbuah manis. Aktingnya menghasilkan nominasi sebagai aktris pembantu pada FFI 1985.
Ria lalu diunggulkan lagi dalam Bila Saatnya Tiba (1985) pada FFI 1986. Akhirnya Citra sebagai aktris pembantu digondolnya lewat Selamat Tinggal, Jeanette (1987) pada FFI 1988.
Merambah jadi penyanyi dan pemain sinetron
Dari film, Ria kemudian merambah dunia tarik suara. Kesempatan rekaman datang untuk membuat album keroyokan bersama kelompok yang diberi nama Japras, yang terdiri dari Rini S. Bono, Nurul Arifin, Ita Mustafa, Ani Kusuma, Eva Arnaz, dan Rima Melati. Album ini meledak dan laris di pasaran. Ria juga pernah membentuk trio bersama Nurul Arifin dan Ita Mustafa.
Ria juga merekam dua album dangdut bersama Rano Karno yang masing-masing berjudul Hiasan Mimpi dan Sorga Dunia. Serta dua album pop Setangkai Anggrek Bulan dan Di Antara Hatiku Hatimu.
Saat perfilman lesu di tahun 1990-an, Ria turut hijrah ke sinetron. Ia membintangi sinetron Lika Liku Laki-laki pada awal 1990 sebagai Juminten, tukang jamu gendong berpakaian seksi.
Baca juga: Mengenang Djaduk Ferianto, Seniman Serba Bisa yang Telah Tiada
Namun, saat tenar jadi si tukang jamu gendong itu muncul “kasus” menimpanya. Ia menjadi topik hangat sejumlah media setelah seorang pemuda bernama Rivaldi Sukarno ditemukan meninggal akibat overdosis di rumahnya. Akibat kasus ini, karirnya sempat hancur karena pembatalan kontrak iklan dan sinetron yang telah ditekennya. Ria bahkan harus “mengasingkan” diri ke Milan, Italia.
Di kota itu, Ria tinggal bersama kakaknya, Dewi dan suaminya. Selama merantau, Ria menyibukkan diri dengan mengambil kuliah desain grafis. Meski tengah mengasingkan diri, Ria beberapa kali mudik ke Indonesia, bahkan sempat membintangi film Kuldesak (1996).
Di paruh kedua tahun 1990-an pamornya kembali mencuat. Sejumlah sinetron ia bintangi. Di masa itu pula ia mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan pertamanya itu melahirkan kontroversi dan hanya bertahan selama dua tahun.
Menginjak 2000-an, Ria kembali berakting di film layar lebar. Pada 2003 ia turut membintangi Biola Tak Berdawai bersama Nicholas Saputra. Perannya sebagai Renjani di film berbuah gelar Aktris Terbaik di ajang estival Film Asia Pasific di Iran pada 2003. Selanjutnya Ria kembali menunjukkan kebolehannya berakting dalam film Belahan Jiwa, Berbagi Suami, Quickie Express, May, Cinlok, Cinta Setaman, Ai Lop Yu Pul, dan Madame X.
Melawan kanker sejak lama
Hingga tahun kemarin Ria Irawan masih aktif main film. Laman filmindonesia.or,id mencatat ia main lima film sepanjang 2019 kemarin, Kuambil Lagi Hatiku, Mantan Manten, Bumi Itu Bulat, Koboy Kampus dan Wedding Agreement . Sungguh hal luar biasa bagi seseorang yang mengidap penyakit mematikan seperti kanker.
Ria Irawan sudah melawan kanker endometrium sejak 2009. Kanker endometrium atau kanker rahim adalah jenis kanker yang menyerang endometrium atau lapisan rahim bagian dalam. Kemudian ia diketahui mengidap penyakit kelenjar getah bening.
Selain kanker, Ria juga mengidap tumor yang tumbuh di kepalanya. Tumor ini sempat menyebabkan Ria kesulitan untuk berbicara. Tak hanya sulit berbicara, keseimbangan Ria dalam berjalan juga terganggu. Hingga akhirnya ia memakai kursi roda untuk berjalan.
Sebetulnya Ria sudah pernah dinyatakan sembuh. Berdasarkan hasil pemeriksaan CT scan Abdomen pada 25 Januari 2017, ia dinyatakan bersih dari sel kanker.
Pada pertengahan 2018, kondisi Ria Irawan kembali menurun. Ia beberapa kali harus dirawat di rumah sakitSuami Ria Irawan, Mawki Wongkar selalu setia menemani Ria Irawan saat melakukan proses perawatan dan penyembuhan penyakitnya.
Kisah hidup Ria Irawan yang berliku berakhir hari ini. Saat azan subuh mengumandang Tuhan memanggilnya. “Iya (Ria) barusan (meninggal), tadi pas azan Subuh. Memang udah kritis,” kata sang suami sambil terisak dikutip media.
Selamat jalan, Ria Irawan. Perjuanganmu melawan kanker menginspirasi kami dan karyamu abadi selalu.* Diolah dari berbagai sumber.