Kemampuan yang harus dimiliki
Well, seperti umumnya penulis novel, cerpen,atau wartawan media cetak, syarat mutlak seorang copywriter adalah penguasaan bahasa, khususnya bahasa yang akan dipakai dalam naskah iklan itu, entah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, China, dan sebagainya.
Tentu, bukan berarti seorang copywriter harus jadi ahli bahasa, filolog, atau sarjana sastra. Penguasaan bahasa secara lisan saja belum menjamin seseorang mampu menulis dengan baik dan benar naskah iklan. Sebaliknya pun terjadi. Orang yang mahir dalam bahasa tulisan, belum tentu pandai bicara.
Untuk bisa menyampaikan pikiran kita secara tertulis dalam suatu bahasa, kita harus mengetahui aturan-aturan bahasa tersebut, tata bahasanya, kaidah-kaidahnya, idiom-iddiomnya, nuansa atau konotasi sebuah kata, dan macam-macam lagi.
Baca juga: UX Writer Versus Copywriter. Apa Bedanya?
Contoh penguasaan idiom penting terutama saat menerjamahkan iklan bahasa asing. Dalam bahasa Inggris, misalnya, ada idiom berbunyi “(That’s a) piece a cake. ” oleh penerjemah amatir yang kurang mahir, idiom itu akan diterjemahkan dengan “itulah sepotong kue.” Padahal yang betul “itu hal yang mudah” atau “keciiiill!”
Untuk bisa menulis dengan baik, penguasaan bahasa adalah mutlak. “Bermain-main” dengan bahasa atau sesekali melanggar aturan baku, boleh-boleh saja. Tapi aturan bakunya harus dikuasai dulu. Di antara copywriter di Amerika ada semacam pesan bagi copywriter pemula: “Know the rules first, and break them later—tahu aturannya dulu, baru langgar kemudian.”
Rules atau aturan yang dimaksud adalah penguasaan tata bahasa. Jika iklannya berbahasa Indonesia, copywriter harus menguasai aturan di EYD (ejaan yang disempurnakan). Misal, saat menulis teks iklan, copywriter harus tahu kapan menggunakan kata “di” dipisah dan kapan pakai kata “di” digabung dengan kata berikutnya. Kata “di” dipisah bila berfungsi sebagai kata depan, misal, menunjukkan keterangan tempat (di pasar; di lapangan; di sekolah). Digabung bila fungsinya sebagai awalan kata kerja (ditulis, dijual).
Baca juga: 7 Profesi Freelance dengan Gaji Tinggi
Berwawasan luas
Di samping kemampuan berbahasa, seorang copywriter dituntut memiliki wawasan. Untuk hal ini tidak ada sekolah yang mengajarkan ilmunya. Tempat kuliahnya ada di tengah masyarakat, di perpustakaan, buku-buku, film, televisi, dan macam-macam lagi. Karena itu, calon copywriter harus banyak membaca, banyak bergaul, banyak memperhatikan lingkungan sekitar, dan orang-orang di segala lapisan masyarakat.
Menurut seorang praktisi periklanan kawakan, seorang copywriter yang hebat haruslah “to know just a little about…. everything!” Walau perkataannya setengah berkelakar, tapi ada benarnya juga. Di samping mengerti soal ilmu bahasa, copywriter juga harus tahu perihal seni (art), psikologi, sosiologi, ekonomi, ekologi, bahkan seksologi. Namun, cukup tahu sedikit saja!
Seorang pakar periklanan dari Amerika juga pernah mengatakan, copywriter ibarat seorang salesman. Bedanya, copywriter menjual lewat tulisan. Maka, yang harus dikuasai seorang copywriter adalah juga ilmu marketing alias pemasaran.
Itu semua syarat jadi copywriter. Semoga kamu bisa jadi copywriter handal dan membuat iklan yang diingat terus banyak orang.*